Wednesday, April 1, 2009

orang hutan

karena tersedak di tengah mimpinya si orang terjaga dengan setengah terpejam, lalu memuaskan batuk-batuknya sambil meraba-raba mencari selimutnya yang tak lagi membalut tubuh keringnya. tangannya bekerja mencari ke arah kanan dan kiri tapi tidak ditemukan juga. terpaksa ia membuka kelopak mata untuk meyakinkan dirinya apakah selimut itu lenyap. dan seketika, tak hanya kelopak mata itu yang terbuka, malah ia terbelalak karena mendapati dirinya tak lagi di ranjang sprei lorengnya. terperanjat ia bangun, dan berdiri. lembab dan dingin ia rasakan, ternyata bongkahan kayu tua itu yang tadi menjadi penopang kepalanya, dan ternyata tumpukan dedaunan kering itu yang tadi menjadi pembaringannya.

dalam heran ia bertanya, "di mana ini?" ia bertanya lagi, "tempat apa ini?" kembali ia bertanya "bagaimana aku bisa ada di sini?" hanya selaput remang dan belaian angin yang menjawab semua pertanyaan si orang.

karena begitu, si orang kemudian hanya terdiam. duduk ia sambil menelan ludah. haus. lehernya berputar mencari air. si orang berdiri, berjalan mencoba berkenalan dengan sekitarnya.

entah pagi, entah siang, entah sore, entah malam. yang jelas saat itu hangat terasa, namun banyak asap semacam kabut melayang-layang, tak ada sinar yang menyeruak, tak ada suara jangkrik tapi kicauan para burung memecah sepi. indah sekali lagu yang mereka dendangkan. sebentar si orang menengadah ke atas. hanya dedaunan dan ranting menaungi. dalam benak si orang rindu ketemu cakrawala. beberapa lama dalam jalannya si orang mendapati aliran air. semeter di samping kanannya si orang meliat air luber dari dalam tanah dan ngalir ke sekitar. si orang mendekat. kemudian menjadikan ke dua telapak tangannya sebagai gayung menciduk luberan air itu.

setelah memuaskan dahaga, si orang kembali melanjutkan langkahnya. 'gak ngerti mau kemana. hanya mengikuti kaki membawa. untung saja lambung belum meronta minta jatah. tapi si orang sudah tahu mau dikasih apa lambung itu, karena sepanjang jalan banyak pohon yang memamerkan buah ranumnya. dan tanaman rambat pun menggoda minta dicabut.

mendadak si orang merasakan bulu kuduknya merinding dan takut mengikuti. si orang melihat ada satu sosok,
bukan seperti yang pernah ia tahu atau kenal sebelumnya. sosok yang aneh baginya. tapi sungguh nyata di hadapannya. "ting!" tiba-tiba sosok berkedip. sosok itu tidak tinggi juga tidak pendek, dia bulat, punya dua tangan dan sepasang kaki juga. hanya saja dia tidak punya badan, hanya bulat, bertangan dan berkaki. bulatan itu mempunyai bulatan lagi di tengah, dan ada semacam sinar menyejukkan terpancar dari bulatan bening itu. bulatan bening yang pusarannya bisa berputar ke mana dia mau. sosok itu seperti mata. ya. dan dia kembali mengerling.. tepat ke arah si orang. entah bagaimana, otomatis si orang pun juga mendekatinya. mereka pun berhadap-hadapan. matanya dan mata si orang beradu. si orang pun tersenyum disusul kerlingan sosok itu. "kau kunamakan third eye!" begitu kata si orang kepada sosok itu.

yahhh... dan kembali tersenyum si orang. merasa puas dan memiliki segalanya. aktifitas apapun bisa ia lakukan. bebas mau apa aja. ada burung yang bisa diajak ngobrol, semut dan serangga lain yang ngajak bercanda. makhluk omnivora teman bermain. karnivora yang menjagai. pun jika ada suatu hal yang menjadi ancaman, third eye ini siap menjamin kebaikan. semua terasa komplit dan sungguh amat baik adanya.

kelamaan si orang tak pusing-pusing lagi mikir apa jawaban dari semua tanyanya, karena si orang sudah merasa cukup.

karenanya si orang bahagia menjadi "orang hutan".

Foto: sekitar goa Seropan, Gunung Kidul, Jawa Tengah.

No comments: