Tuesday, November 9, 2010

amor platonicus

jarak dan waktu pada akhirnya menyudahi perantauannya, maka segera ku bertanya, "apa kabar di hidupmu?"

di ujung pelangi sebuah kisah cinta mulai dibangun, penuh dengan warna-warni indah nan menyenangkan.
hamparan padang rumput hijau bak permadani yang menjadi landasan, senantiasa menularkan sukacita pada hati dan jiwa yang rapuh. aliran sungai di tepi tiada henti menyuguhkan kesegaran untuk siap direguk setiap harinya.

"tak pernah jauh lebih baik dibanding saat ini ketika ku jumpa dirimu"

hari-hari dijalani bersama tanpa ragu dan mantap mencetak jejak. perselisihan menjadi citarasa tiada banding yang membuahkan kepercayaan satu sama lain.

"tunggu ... dahulu kala tetes airmata terus mengalir karenamu ..."

saat-saat penuh kehangatan manakala sang surya kembali tersenyum setelah amukan badai yang menerjang.
saat seteru dua hati yang kembali berpadu.

"dari lubuk hatiku terdalam biarlah berkumandang sesal sampai tujuh puluh kali tujuh kali".

ketika rumput tetangga terasa lebih hijau, keinginan menggebu untuk memilikinya gencar menyerang, namun kehadirannya yang setia menemani tak pernah bosan ikut menjaga hati. waktu boleh terus bergulir dan usia boleh terus menua, namun yang pasti ketulusan kasih dari bening hatinya kan tetap abadi selamanya.

mencintai memang harus dimiliki, dicintai memang tidak harus mempunyai.

ps. lagi bergelayutan di dunia ide(nya plato) ...
aahh ... mending seperti donal bebek+desi bebek yang selalu setia walau bajunya itu-itu aja dan tak pernah (tak akan pernah) pake baju manten.

foto: k.a.s.i.h - ribka sebagai k, rechant sebagai a, renren sebagai s, henhen sebagai i, diana sebagai h
- gw jepret di lingkungan kampus UGM, jogja, 2006.