Thursday, July 28, 2011

the death fragment

kemana saja 'dia' selama ini, telah kucari ke segala penjuru namun tak kunjung jumpa ...

hangatnya pagi bercampur sengatan surya di padang gurun itu kian berombak panas, mencipta fatamorgana kesegaran air yang siap di teguk, aku masih saja mencari 'dia', menapak kemana saja kaki ingin melangkah. panas sudah terasa di telapak ini, ubun-ubun beserta isi-isinya pun serasa gosong. selangkah lagi mungkin aku bisa menemukan
'dia' ... selangkah lagi... ya selangkah lagi...

sampai ketika ku layangkan pandangan, sejauh mata memandang ku lihat seorang penunggang onta bersorban hitam yang sepertinya akan ke kota menjual dagangannya,setelah agak dekat jarakku dengannya segera ku bertanya, "aku mencari 'dia', tahukah kamu keberadaan 'dia'?" penunggang bersorban pun menjawab" 'dia' tidak ada tapi pernah ada; dan tidak akan kembali";
kuterima saja jawaban tersebut sambil terus kembali melangkah. tak disangka, aku bertemu dengan seorang perempuan sedang menari bersama pasir yang terhembus angin, segera saja ku bergabung mengikuti irama tarian sambil bertanya pada perempuan itu apa yang ia tahu soal 'dia' yang selama ini aku cari. sebenarnya perempuan itu memang ingin juga bertemu dengan 'dia', namun perempuan itu bertekad harus menyelesaikan semua tugas-tugas yang dipercayakan terlebih dahulu, barulah perempuan itu siap bertemu 'dia'. baiklah jika itu sesuai dengan maunya;
namun ada hal yang membuat ku heran, di padang gurun sepanas itu tampak di sebelah timur, awan menggelantung memberikan keteduhan bagi seorang gadis dibawahnya. karena penasaran kuhampiri saja gadis itu dan kusapa,"hai kamu, apa yang kau lakukan di tempat ini?" lalu jawabnya, "aku sedang menunggu dan akan tetap menunggu sampai terisi kekosongan hati ini. jika tak segera bertemu pun biar kupasrahkan saja pasir yang kutapak ini menghisapku hidup-hidup biar aku kan kembali menyatu dengan 'dia' juga. "wow, kamu berani sekali," timpalku. setelah aku mengetahui pernyataan gadis itu, seketika gumpalan awan lainnya meneduhi perjalananku;
di tengah perjalanan aku temui lagi seorang perempuan memakai jubah serba putih. seakan mengetahui apa yang ada dibenakku, segera perempuan berjubah mengarahkan pandang padaku dan berkata, "'dia' yang kau cari selama ini akan membawamu pada suatu gerbang keabadian dan juga jika kau mau pun, dia akan membawamu pada bara api kekekalan. semua tergantung padamu". "ahh..." pikirku. sempat pernyataan itu terngiang untuk beberapa saat pernyataan tersebut, namun ada hal lain yang merebut perhatianku;
seorang pria paruh baya sedang terduduk di hamparan pasir bermain melingkar-lingkarkan goresan jari tangannya di pasir, membentuk suatu gambar yang tidak jelas, sambil bergumam yang sayup terdengar, "orang kl hidup nya susah (orang kurang bersyukur ni ) termasuk gw kayanya...kematian itu deket...kematian itu di pikirin... kematian itu di rancang, cm ga semua orang punya nyali/keberanian ketemu kematian biasa nya omdo... krn emosi,frustasi...( masih level ringan) kl d berat...bunuh diri" tanpa terasa ku mengernyitkan kening mencoba mencerna arti gumaman orang itu. "ah biar saja kutinggalkan saja pria ini, biar dia melanjutkan igauannyatersebut;
sepertinya matahari semakin condong ke barat dan tampak seorang lelaki diujung surya mencipta siluet. tanpa ragu langsung kudekati lelaki tersebut, seakan lelaki itu sudah mengerti apa yang ingin aku tanyakan, maka jawabannya," 'dia' yang kamu cari justru akan mengantarmu masuk pintu gerbang ke keabadian bersama Sang Pencipta.

mak jleg ... kurasa 'dia' tak perlu lagi kucari-cari. sesungguhnya 'dia' justru yang selalu membuntutiku, namun dengan sendirinya saat diri menjelma manusia baru dan saat bibir ini membentuk garis lengkungan senyum, kan tiba saatnya aku berhadapan dengan 'dia' :)

ps. tx to deasy, ira, ita, nansi, widi, andri, & sopak atas inspirasinya:)


foto: the shadow of deasy and me @tembok galeri nasional, jakarta 2010

Monday, June 20, 2011

motoduiten

alkisah ... di keramaian pasar desa motoduiten, ratusan receh dengan riang menikmati perpindahan dari tangan ke tangan. gemerincing saling beradu ketika terbalas dengan seprapattiga ikat sawi hijau. gopean saling berloncatan pindah ke satu tangan ke tangan lainnya, secengan pun pindah kendali dari tukang parkir ke pengendara roda dua. cepean, gocapan dan jigoan tak mau kalah, mereka bersatu membentuk nilai yang setara dengan gopekan atau pun secengan. makin berat receh yang terkumpul, makin berat pula lah kocek si empunya. belum lagi soal tumpukan nominal kertas yang dengan pamornya terkibas dalam genggaman tangan. warna hijau, ungu, apalagi merah, walaupun lecek kucel kumel tetap saja digandrungi.

begitulah recehan dan lembaran selalu digandrungi kebanyakan orang, semua berlomba memiliki sebanyak-banyaknya hingga banting tulang & meras keringat sampai lupa waktu, dan tak dapat dipungkiri ada dari orang-orang itu yang juga menghalalkan segala macam cara. “berani brapa..? saya jamin keperluan anda akan cepat saya selesaikan, sehari jadi, tinggal tunggu duduk diam manis saja, asalkan rupiah mengalir ke rekening saya!” tak hanya itu, lihat saja itu si tikus berambut hitam menggerogoti pundi-pundi uang yang bukan menjadi hak nya.

dalam benak orang-orang, recehan & lembaran akan mendatangkan kebahagiaan, namun di sisi lain tak sedikit kasus yang justru menjadi bumerang bagi mereka,bukan bahagia yang didapat, justru petaka yang datang. ada pula hal bodoh yg sadar tak sadar dilakukan orang-orang, mereka mengorbankan kebahagiaan hati demi uang. bekerja saat matahari baru terbit dan pulang saat surya tenggelam, melupakan teriakan hati yang lelah diperhamba uang. memang tak heran jika recehan & lembaran terkenal membawa keuntungkan sekaligus merugikan, yang mampu membuai lidah sekaligus meledakkan perut, byaaaarrr, ceprottt..!

panas ditangan busuk dihati membuat sandungan di kaki. makan tuh uang!!

ps. hueekkk... aku keracunan ...

foto: bongkar celengan setelah setahunan..