Thursday, December 30, 2010

going south

saat lembayung senja ragu menyapa, si angin baru asyik berputar-putar bermain bersama pasir putih di pesisir pantai itu. baru sekarang ini sejak angin muson mereda, si angin baru merasakan ketenangan dalam hidupnya, ringan tanpa beban. namun sejak semalam dalam rihatnya, si angin baru merindukan napas yang terembus dari pencipta. ya, si angin baru sungguh merindukan napas yang terembus dari pencipta, karena si angin baru menyadari napas tersebut adalah muasalnya, namun si angin baru tak mengerti mengapa dirinya jadi terpisah dari napas embusan pencipta. "ah, mungkin esok aku akan kembali bersatu dengan napas embusan pencipta", begitulah selalu yang diucapkan si angin baru untuk mencoba menguatkan diri dan kembali bersemangat.


di pergantian waktu seketika, angin kering menyerap uap air udara di sekitar si angin baru. biasanya jika hal tersebut terjadi maka cepat atau lambat akan terbentuk gurun karenanya. soalnya angin kering tersebut adalah utusan dari angin anti passat si empunya kerajaan di belahan bumi utara. angin anti passat itulah yang suka memperluas kerajaan gurunnya di muka bumi ini. si angin baru senang-senang saja mendengar kabar kedatangan angin kering, bisa jadi angin kering akan menyampaikan pesan rindu napas embusan pencipta untuk si angin baru. makanya esok harinya si angin baru menjumpai angin kering. "hai angin kering adakah pesan untuk ku yang ingin kau sampaikan?" ujar si angin baru. angin kering pun berucap, "oh, sayang seribu sayang tidak ada pesan yang dapat aku sampaikan untukmu, sabar sajalah mungkin musim berikutnya akan ada yang menitipkan pesan untukmu". pasir putih yang selalu menyertai si angin baru berputar-putar mengkrucut ke atas, menandakan si angin baru sedikit tidak puas dengan jawaban angin kering. biasanya jika si angin baru mengalami kemelut seperti itu segera saja ia melambung ke atas mencari burung langit sahabatnya. di pucuk nyiur burung langit bertengger sambil bersiul mengiringi tarian angin pantai. si angin baru segera mendekati nyiur dan menonton tarian angin pantai yang memberi kesegaran dalam kemelut si angin baru. nyiur di sekitar ikut melambai-lambai, daun-daun pun bergoyang, ombak ikutan berguling mengantarkan buihnya mencium bibir pantai, awan berarak menyulap dirinya membentuk gumpalan dan memecah dirinya dan berlari ke segala arah, tak ketinggalan layang-layang pun berlomba mencapai tingkat yang lebih tinggi lagi.

burung langit sejak dari tadi menyadari kehadiran si angin baru, lalu burung langit memohon temannya untuk berganti bersiul mengiringi tarian angin pantai. si angin baru pun menyapa burung langit dengan belaian sejuknya. "hai angin baru!", sapa burung langit. si angin baru mendesir menjawab sapa burung langit. "aku iri padamu wahai burung langit, karena kau bisa bebas terbang kemanapun kau mau, tak ada sesuatu pun yang kau khawatirkan karena alam menyediakan segala yang kau butuhkan", ucap si angin baru pada burung langit. dengan senyumnya burung langit balas mengucap, "ya, itu karena pencipta turut menjagaku dan aku berterima kasih atas segala hal tersebut, namun ada satu hal yang kau juga perlu sadari, wahai angin baru. sadarilah bahwa kau pun juga mempunyai hak yang tak jauh beda dengan diriku, kau pun bisa berhembus kemana kau suka, kau bebas pergi kemana kau mau dan satu hal yang pasti, semesta raya akan bersamamu selalu, jadi tak ada suatu hal pun yang menjadi halangan bagimu, segala penjuru mata angin akan dengan senang hati menyertaimu". "... aku tahu hingga saat ini kau merindu napas embusan pencipta, jika suatu hal tak kunjung menghampirimu, ada baiknya kau saja yang menjemput hal yang rindukan tersebut, wahai angin baru".

"ya, kau benar sekali burung langit, sahabatku. kau kembali menyadarkanku tentang hal ini. jika begitu adanya, aku tak akan menunggu dan berdiam saja, aku akan mejelajah ke segala mata angin. baiklah kiranya aku akan pergi ke selatan memulai penjelajahanku mencari napas embusan pencipta. ya!"


ps. ingin menembus hampa menuju selatan ...


foto: pantai paringtritis nampak dari beranda queen of the south beach hotel. tepi jogja, 2004

Tuesday, December 14, 2010

sailing home

jejeran batang kayu tertata rapi membentuk bentangan sekitar 2,5 meter dan kibaran helai kain menjadi layar sebuah perahu yang dianggap sebagai perahu layar. pelayar ada disitu, ditemani seekor ikan kecil yang ditemukan pelayar saat tergelepar karena lemparan ombak.
sejak tadi pagi memang angin mulai mengamuk, entah mengapa, tapi sepertinya karena semalam rembulan ogah bermesraan dengannya, makanya pagi ini angin melampiaskan amuknya. jadinya pelayar yang kena imbasnya. berulang kali pelayar berusaha ajak ngobrol angin supaya menyudahi amuknya. tapi tetap saja tidak mempan, angin akan berhenti mengamuk setelah bertemu kembali dengan rembulan malam ini. maka pelayar menerima saja kenyataan, menikmati sisa amukan angin di petang hari itu.di tengah sisa amukan angin itu, pelayar menerawang. melintas bayang masa lalu dan setitik cahaya masa depan."i will sailing home, to where my ignorance belong", tekad si pelayar.

sebelumnya ...
perempuan taktahumenahu kembali bangun dengan ribuan pertanyaan di kepalanya.

"seperti apa rasanya menantikan yang ditunggu di tengah kemustahilan?"
""bila ada pohon tumbang di tengah hutan, dan tidak ada orang yang mendengarnya, apakah tumbangnya pohon menimbulkan bunyi?"
"adakah celaka yang pandang bulu?"
"kenapa penyesalan selalu datang terlambat?
"kapankah matahari terbit dari arah barat?"
"seperti apa bunyi tepukan sebelah tangan?"
"bolehkah mengharap keajaibanyang telah kadarluarsa?
"dimana alamat ketiadaan?"
"tuhan itu apa agamanya?"
"cinta?"
"pertanyaan apa yang tak punya jawaban?"
perempuan taktahumenahu mempunyai kerinduan untuk mencari jawaban atas semua pertanyaan
tersebut.

kemudian ...

dalam pelukan dingin embun dan senyuman hangat surya, langkah kaki perempuan taktahumenahu sedikit dipercepat karena ingin mengejar suatu jawab. di setiap persimpangan jalan, perempuan taktahumenahu melepaskan pertanyaan kepada apa dan siapa saja yang ia temui, guna ia barter dengan sebuah jawaban. namun, sudah puluhan kilometer ia tempuh, sama sekali tak satu pun jawaban ia peroleh. saat daun-daun berguguran di kerontangnya kemarau, perempuan taktahumenahu tak lagi betah dengan daratan, ia ingin menjadi bagian dari samudra raya dan lebih mendekat pada kaki langit. maka jadilah perempuan taktahumenahu memulai petualangan barunya dengan berlayar, seraya berkata, "i will sailing home, to where my ignorance belong"

ps. pengen makan bayam yang banyak biar kayak popeye the sailorman.. toeett.. tooett.. :p


foto: perahu layangan di pantai tanjung benoa, bali, 2005

Tuesday, December 7, 2010

rindu sawah

di musim penghujan bulan juli pada suatu sawah, seekor kodok hijau kebiruan bernyanyi sendiri, mendendangkan lagu sukacita. kodok itu merasa bahagia karena penghujan datang di musim kemarau.
terik panas yang kemarin membakar ubun-ubun kini berganti kesejukan angin penghujan.

sang kodok senang tinggal di sawah belakang rumah milik seorang bapak tua bercaping, karena sawahnya tampak subur di setiap musimnya, tak peduli saat kemarau atau saat wereng sekalipun tetap saja sawah itu mampu memberikan hasil tanaman yang tidak mengecewakan. sebenarnya ada lagi yang membuat sang kodok betah tinggal di sawah pak tua bercaping. alasannya adalah karena sang kodok senang mengawasi seorang putri yang sering membantu pak tua bercaping bekerja di sawah. ya, putri itu adalah cucu dari pak tua bercaping. putri yang sejak berumur 5 tahun ditinggal pergi kedua orang tuanya. setiap pagi jika putri mulai menggarap sawah bersama pak tua bercaping, sang kodok berusaha untuk mendekati putri. telah puluhan musim berganti, namun sang kodok belum punya keberanian untuk berkenalan dengan sang putri.

hingga suatu pagi saat panen padi tiba, ketika sang putri sejenak beristirahat, sang kodok membulatkan niatnya berkenalan dengan sang putri. hanya butuh lima loncatan untuk kemudian sampai dan bersentuhan dengan kaki sang putri. sang putri sedikit terkejut dan kemudian melihat ke arah bawah. sang putri melihat di sebelah kaki kanannya ada sang kodok, langsung saja sang putri berjongkok dan memandangi sang kodok. kedua pasang mata saling beradu dan terkejap. sang putri melemparkan senyumnya pada sang kodok. sang kodok tertegun dan beberapa detik kemudian sang kodok meloncat menjauh dari sang putri. sang kodok meloncat mencari tumpukan padi untuk bersembunyi. sang putri pun tetap tersenyum mengiringi loncatan sang kodok.

jantung sang kodok berdetak cepat dibarengi senyum sang kodok yang tambah melebar. "ugh... senyata dan sedekat itu namun lidahku kelu tuk menyapa", gumam sang kodok ". sampai kapan rasa tak menentu ini usai, hm...biar segera kusudahi saja dan berhenti membodohi diriku sendiri, besok akan kembali kudekati sang putri dan berkenalan dengannya, ya."

esok pun berubah menjadi hari ini. hari saat mentari menyebarkan kehangatan bagi semesta. kehangatan mentari ikut menyentuh halus tubuh sang putri yang bersiap memanen padi yang telah menguning. tak jauh dari situ pula sang kodok dengan bulat hati bersiap menghampiri sang putri untuk berkenalan dengannya. perlahan sang kodok meloncat kecil mengatur detak jantungnya. bersamaan dengan loncatan kedua, sang kodok melihat ular setengah tua merayap dan mendesis mengarahkan dirinya pada sang putri yang masih sibuk memangkas padi menguning. sang kodok terkejut dan segera saja mempercepat loncatannya. dengan inderanya ular menyadari kehadiran sang kodok yang semakin mendekatinya. maka ular pun mempercepat rayapannya segera hendak mencatok tungkai kaki sang putri. sekuat tenaga kodok meloncat di saat yang sama ketika ular ambil ancang-ancang untuk mencatok melebarkan mulutnya . "haaappp.. aaagghh..." seketika sang putri melihat dibelakangnya, tampak jelas sang kodok meyediakan dirinya masuk kedalam mulut ular yang menganga sang putri sungguh kaget melihatnya, dengan secepat kilat langsung sang putri mengarahkan cluritnya pada badan ular, "jleebb".. clurit mendarat di perut ular. ular pun melemaskan gigitannya pada sang kodok sambil menahan rasa sakit dan memuntahkan sang kodok, dan segera melarikan diri dengan sobekan di perutnya. segera sang putri melihat sang kodok yang terkapar lemas di tanah sawah itu.

dengan setengah sadar dan tetap mengembangkan senyumnya, sang kodok memaku pandangannya pada wajah putri yang melas berseri. bingung hendak berbuat apa sang putri hanya memandangi sang kodok yang masih terkapar sambil menggerakkan bibirnya serasa mengatakan sesuatu, namun sang putri tidak mendengar suaranya dengan jelas, dan tak mengerti apa maksudnya.

"oh sang putri, diwaktuku yang singkat ini izinkan aku bekenalan denganmu ..." rintih sang kodok.

ps. aku pengen jadi petani aja deh ...

foto: sepenggal alam jogja nampak dari atas di jalan patuk, wonosari. november 2010

Sunday, December 5, 2010

kisah penyamun

lumayan untuk minggu ini, hasil rampasannya bisa menyumpal peti yang tergeletak begitu saja di bawah stalaktit sebuah gua yang dari jauh mirip lubang mata tengkorak.

diawali ketika embun pagi mulai menetes pada sebuah ranting kering. ketika keluarga burung masih terlelap, sedikit waktu lagi bagi mereka menyiapkan energi untuk kicauan berikutnya. hanya suara desah angin yang sedikit gelisah, dan gemericik aliran sungai yang tak pernah haus, serta dengungan kumbang yang tak bisa tidur; melebur dan mencipta orkestra. pepohonan pun gemulai menari melambai-lambai ke kiri dan kanan menyerap gelombang orkestra yang memancarkan keteduhan di sekitar. seketika sekelebat bayang penyamun menyeruak dari semak belukar, memecah alunan orkestra, menyumbangkan suara ngilu di hati. dengan penuh sadar, penyamun mengambil ancang-ancang; menyedot angin, membendung sungai, serta membidik kumbang,juga tak lupa menebang pepohonan, sehingga seketika keteduhan sirna. dan keteduhan pun terampas!

sejak akhir musim kemarin dimana keteduhan menjadi langka, sejak saat itu pula penyamun berniat untuk merampasnya saja sekalian, seberapa pun yang tersisa. dengan merampas begitu, penyamun merasakan sesuatu yang belum pernah dialami sebelumnya.perasaan asing yang menyusup dalam dada yang melancarkan hela nafas. "ha .. ha.. ha.. biar tahu rasa! biar saja sekarang kekacauan yang berkuasa di semesta sana. ha.. ha.. ha...". dengan tawa lepasnya penyamun menaruh keteduhan, hasil rampasannya itu ke dalam peti di goa tempat tinggalnya.
hingga pada suatu hari, saat mentari enggan hadir mengawali hari, saat gelap pekat masih menyelimuti goa tempat tinggal si penyamun, saat kejapan pertama mengetuk isi kepala, penyamun segera bangkit dan melebarkan senyumnya. "hmm... selanjutnya akan kuperankan suatu rampasan mulia, aku akan merampas iman, pengharapan, dan kasih!

di hari baru saat awan kembali berarak, penyamun menyebarkan pandangannya mencari iman untuk di rampas. sejauh mata memandang di tengah padang rerumputan, berdiri tegap pohon sesawi. daun hijau segarnya melambai seakan menggoda minta diperhatikan. segera saja penyamun mempercepat langkah menuju ke sana. sembari merenggangkan kakinya, penyamun berteduh di bawahnya. tak seberapa lama ia ingat akan cerita ibunya tentang seseorang yang mampu memindahkan gunung hanya dengan berbekal biji sesawi. maka akal bulusnya segera bekerja, ia keluarkan pisau lipat yang ada di kantongnya dan mulai menggelitik batang pohon sesawi hingga semua biji sesawi berjatuhan. tak dihiraukannya batang sesawi yang meronta dalam tawa kegeliannya memohon si penyamun menyudahi gelitikannya itu. terus saja penyamun dengan pisau lipatnya menggelitik, menggelitik, dan menggelitiki sampai semua biji-biji sesawi berguguran. "nah... ada baiknya segera aku kumpulkan biji-biji ini untuk menambah sumpalan di peti ku tersayang."

saat mentari berbenturan dengan rembulan, penyamun menempatkan dirinya pada sebuah pelabuhan. derai angin laut menampar-nampar wajah penyamun, hingga penyamun merasa terbuai dengan tamparan angin itu. di dermaga sana tampak sebuah kapal siap berlabuh. segera saja penyamun menuju dermaga menghampiri kapal tersebut. kapal duluan yang sampai di dermaga, disusul penyamun. biasanya kapal itu hanya menurunkan peti kemas untuk dibongkar muatannya dan disebar bagi para manusia di sekitar. penyamun pun hanya menunggu di situ. cukup lama bintang-bintang bermain mata dengan rembulan hingga rembulan hanya menyisakan sebagian wajahnya menjadi sabit. penyamun hanya menengadah ke atas melihat polah tingkah mereka. sambil teringat petuah ibunya yang mengatakan bahwa pengharapan itu adalah sauh yang kuat dan aman bagi jiwa. bersamaan dengan kejapan mata, terbesit sedikit keinginan penyamun untuk bergabung bermain bersama bintang dan rembulan di atas sana, tapi segera penyamun menempeleng kesadarannya dan kembali pada perburuan keduanya. merampas iman. ketika kapal berteriak mengajak seluruh penunggang kapal agar siap kembali berlayar, penyamun menajamkan kesadarannya, ia mendekati kapal dan tanpa sepengetahuan siapa-siapa, penyamun mencongkel sauh kapal itu. sebelum sauh itu mendarat di permukaan laut, penyamun segera meloncat dan menangkap sauh itu. meski badannya kurus kering, penyamun sanggup menggendong sauh yang tampak berat dan kuat itu sambil berjalan kaki menuju goa, istananya.

sesampai di istana goa itu, langsung saja penyamun menyumpal petinya dengan iman, makin bertambah sesak saja isi di dalam peti tu, namun masih ada satu rencana rampasan yang belum dilakukan. bagian dari 3 rampasan mulia itu. iman telah terampas, pengharapan pun juga dirampas. untuk selanjutnya kasih yang perlu dirampas. sambil duduk mengamati petinya yang penuh sumpalan, penyamun mengernyit, ia teringat tadi dalam perjalanannya sewaktu melewati pinggir pasar, penyamun mendengar desus orang-orang membicarakan bahwa esok di hari eksekusi ada seorang Manusia yang rela dihukum mati di kayu salib, sebagai bentuk kasihNya pada orang-orang. penyamun bingung dan bertanya dalam benaknya, "kok bisa-bisanya manusia itu rela dihukum mati. padahal ia sama sekali tidak bersalah, bagaimana mungkin ia rela menderita seperti itu demi menanggung kesalahan orang lain. kasih yang macam apa yang dimiliki manusia itu. hmm.. aku ingin merampas kasih itu, aku tak rela Dia yang tergantung di salib sana dengan berlandas kasih itu. aku yakinkan diriku bahwa aku saja yang berada di tengah pada salib itu, ya hanya dengan cara seperti itu aku mampu merampas kasihNya. sekian tahun aku menjalani hari-hariku, aku mendambakan keutuhan dan kesejatian hidup. walau waktuku terhenti dan tak ada lagi, asal aku berhasil merampas kasih, cukup bagiku."

ps. aku terancam, yang duduk di sebelah kiriNya ...

foto: lingkungan goa maria tritis, paliyan, wonosari-jawa tengah, november 2010

Tuesday, November 9, 2010

amor platonicus

jarak dan waktu pada akhirnya menyudahi perantauannya, maka segera ku bertanya, "apa kabar di hidupmu?"

di ujung pelangi sebuah kisah cinta mulai dibangun, penuh dengan warna-warni indah nan menyenangkan.
hamparan padang rumput hijau bak permadani yang menjadi landasan, senantiasa menularkan sukacita pada hati dan jiwa yang rapuh. aliran sungai di tepi tiada henti menyuguhkan kesegaran untuk siap direguk setiap harinya.

"tak pernah jauh lebih baik dibanding saat ini ketika ku jumpa dirimu"

hari-hari dijalani bersama tanpa ragu dan mantap mencetak jejak. perselisihan menjadi citarasa tiada banding yang membuahkan kepercayaan satu sama lain.

"tunggu ... dahulu kala tetes airmata terus mengalir karenamu ..."

saat-saat penuh kehangatan manakala sang surya kembali tersenyum setelah amukan badai yang menerjang.
saat seteru dua hati yang kembali berpadu.

"dari lubuk hatiku terdalam biarlah berkumandang sesal sampai tujuh puluh kali tujuh kali".

ketika rumput tetangga terasa lebih hijau, keinginan menggebu untuk memilikinya gencar menyerang, namun kehadirannya yang setia menemani tak pernah bosan ikut menjaga hati. waktu boleh terus bergulir dan usia boleh terus menua, namun yang pasti ketulusan kasih dari bening hatinya kan tetap abadi selamanya.

mencintai memang harus dimiliki, dicintai memang tidak harus mempunyai.

ps. lagi bergelayutan di dunia ide(nya plato) ...
aahh ... mending seperti donal bebek+desi bebek yang selalu setia walau bajunya itu-itu aja dan tak pernah (tak akan pernah) pake baju manten.

foto: k.a.s.i.h - ribka sebagai k, rechant sebagai a, renren sebagai s, henhen sebagai i, diana sebagai h
- gw jepret di lingkungan kampus UGM, jogja, 2006.

Thursday, October 21, 2010

bukan kalakanji

alkisah pada satu garis lintang nol derajat khatulistiwa ditumbuhi sebatang kalakanji yang sedang berbunga pada musimnya. seiring dengan angin yang menerpa kalakanji tersebut, maka beterbanganlah serbuk-serbuk pada bunga kalakanji itu hingga hanya dua serbuk yang tersisa pada bunga kalakanji tersebut. desiran angin mengantar kepergian para serbuk untuk kemudian mengembara ke berbagai penjuru.

seperti telah digariskan oleh sang pencipta, ada satu serbuk yang tersangkut di ranting pohon randu. untuk beberapa saat serbuk itu diam saja disana, serbuk yang merasa dirinya sangat-sangat kecil dan tanpa daya menjadi tak berkutik dan bingung hendak melepaskan diri bagaimana. semilir angin pagi itu belum cukup membantu serbuk untuk terlepas dan kembali terbang melanjutkan pengembaraannya. "tak mengapa", pikir serbuk dalam hatinya. "biar kunikmati dulu saat-saat aku berada di pohon randu ini", ujar serbuk. bersamaan dengan itu pada ranting randu tempat serbuk tersangkut, bergelayut buah randu yang sudah memecah mengeluarkan kapuknya. kemudian serbuk menyapa buah randu dan buah randu membalas sapa serbuk, beberapa tanya dan kalimat terucap dari masing-masing mereka, dan terbangunlah sebuah komunikasi.

serbuk: "apa yang kau lakukan di sini, buah randu?"

randu: "oh, ya, memang disinilah aku. pada suatu malam aku mendapati diriku bergelayut di pohon randu ini, sedari kuncup aku memang sudah disini. tapi sekarang aku bahagia karena sudah waktuku untuk menghasilkan kapuk.

serbuk: "menghasilkan kapuk ... kau bahagia?"

randu: "tentu aku bahagia, karena yang aku proses selama ini telah tiba saatnya menghasilkan sesuatu yang aku percaya kapuk itu nantinya pasti akan berguna untuk menjadi bagian keberlangsungan mereka para manusia atau siapapun itu. aku sudah menemukan diriku. memang hanya sebatas kapuk, dan memang itulah diriku.dan aku bahagia akan hal itu.

serbuk: "oo begitu ... hmmm .. selama ini aku bertanya-tanya, dimanakah sebenarnya diriku?"

randu: "lho...? lalu bagaimana dengan dirimu, serbuk, mengapa kau ada disini?"

serbuk: "entahlah, aku terbawa oleh desiran angin, aku pun terpisah dari kawananku, mereka berpencar ke segala penjuru bersama angin yang mengajaknya. tapi sekarang aku tersangkut di ranting ini, apa yang harus aku lakukan? padahal aku ingin sekali melanjutkan pengembaraanku untuk menemukan diriku..."
randu: "hmm.. biasanya saat mentari tepat berada di puncak atas, angin semilir yang baik hati selalu mampir di pohon ini, untuk sekadar memberikan kesegarannya pada aku dan teman-temanku yang berada di pohon ini. hey lihat, bayang sudah tepat berada sejajar dengan posisi kita, nanti aku yang akan bilang pada desir angin untuk membebaskanmu dari jerat ranting itu."

wwhuuuzzzzzz... whuuuuuussszzzzz......

"nah ... hey semilir angin, mari mendekat sini, kau tolonglah serbuk lepas dari jerat ranting ini"

sssszzzzz... whhuuuzzz...

"aahhhh... akhirnya...

whuzz..

"tunggu semilir angin, izinkan aku berada dibelakangmu ..

... dan seterusnya serbuk tetap bersama angin yang tak terlihat namun selalu setia menemaninya mencari muasal keberadaan yang sesuai dengan kehendak Pencipta alam semesta.

ps. what should i do?


foto: (waktu belajar motret makro) bunga di tepi jalan sekitar goa seropan, gunung kidul, 2005.

Wednesday, October 6, 2010

lost sheep

kala detik bergulir membentuk waktu
di tengah itu kurasakan kuasamu
saat pelita berpijar mengisi ruang
di situ nyata padaku limpahan kasih sayang

s e l a.

kala penyangkalan diri tak kunjung terlaksana
kau menunggu dengan setia
saat jiwa terus terhisap goda
maaf darimu masih tetap ada

s e l a.

Kau yang disana ...
maafkan jika ku sering merepotkanMu

s e l a.

dodo domba tak segera pulang ke kandangnya, bukan karena dodo domba tak hafal jalannya, ia hanya mengikuti irama langkah kaki yang membawanya entah kemana. hingga ia tiba di percabangan. jalan di sebelah kiri dan sebelah kanan, yang keduanya lurus dan sempit dengan pepohonan rimbun di tepinya dan semak belukar yang melambai mengajak dodo domba untuk menyusurinya.selangkah dodo domba mengayunkan kakinya ke jalan sebelah kiri, kemudian terhenti lalu mundur dua langkah dan bergeser selangkah mengayunkan kakinya ke jalan sebelah kanan. dua langkah, tiga langkah, empat langkah dan terus.
sepertinya hembusan angin timur yang mendorong langkah kaki dodo domba untuk masuk dan menelisik jalan di sebelah kanan tersebut. dalam perjalanannya tersebut begini ...

setelah berjalan sekitar satu kilometer ke depan, dodo domba merasa sesak nafasnya, biasanya jika gejala ini terjadi, ada dua kemungkinan, pertama jeroan di perutnya menagih asupan dan kedua dodo domba tersedak oleh asa yang tak kunjung tiba. sesaat dodo domba menengadah ke atas sambil berlari kecil hingga dia tersandung bebatuan. glek. dodo domba merasa lapar, perutnya bergemuruh minta diisi. tengok kanan tengok kiri, diseberang sungai kecil terhampar padang rumput luas, hamparan rumput indah berwarna jingga, "makan atau tidak ya?" sejenak dodo domba ragu apakah rumput jingga itu layak dimakan,namun karena desakan dari dalam perut segera dodo domba melahap barisan rumput yang berjejer sangat rapi dan apik. "nyam..nyam..rasanya sedikit sepet namun cukup manis asam-asam sedikit". nyam, delapan kali kunyah dodo domba memamah rumput, "terasa nikmat dilidah", dua belas kali dodo domba mengunyah lalu langsung melesat mengarungi tenggorokan dan kemudian meluncur menyerahkan diri dalam percernaan. untuk sementara ini dodo domba berhasil menyambung nafas hidupnya. suasana sepi, tak ada siapa-siapa. dodo domba senang dengan kondisi seperti itu, dengan penuh semangat dodo domba kembali berjalan dengan tekad di hati untuk memenuhi kerinduannya yaitu menjaring angin. ya, tekad itulah yang membawa dodo domba hingga sampai pada keadaannya sekarang. melangkah dan terus saja tanpa pernah berhenti sebelum kerinduannya kesampaian. seakan ada yang melempari dirinya dengan kerikil, dodo domba pun segera menoleh ke belakang, diamati sekelilingnya ... tak ada wujud apa-apa, hanya rerumputan yang sedang menari dan bersenang-senang dengan desir angin senja dingin yang segera menyatu dengan gelap malam.
namun tiba-tiba ...

gusrakk! ...
arrrggghhh ...

sekawanan makhluk liar berkaki empat berbulu loreng dan berwajah sangar, menampakkan dirinya dibarengi gelegar aumannya yang memekakkan telinga. nampak sederetan gigi-gigi runcingnya dan air liur yang menetes, membuat bulu dodo domba bergidik. ingin rasanya dodo domba mengambil langkah seribu, namun di segala penjuru, makhluk menyeramkan itu berdiri mengepung dan perlahan mendekati dodo domba, dan ancaman pekat malam memicu kawanan berkaki empat itu tuk segera lompat dan menerkam ...

arrgggghhh...!!
mmbbeeeeekkk ...
arrrggghhh!!!

semakin kuat irama detak jantung dodo domba, kilasan balik jalan perpercabangan kembali terpajang di benak dodo domba, kalau saja bisa menyesal di awal ...
apakah dodo domba salah memilih jalan? dodo domba tak tahu lagi mesti menghindar dan menjauh kemana dan bagaimana, terbesit dalam benak dodo domba, "akankah tiba waktuku?"

ps. ingin me-rewind ...

foto: candi ratu boko, jogja, 2005.

Monday, October 4, 2010

bersanding

bila,
a dinyatakan oleh semua b dan
b dinyatakan oleh semua c maka
a tentu dinyatakan oleh semua c
(silogisme ala aristoteles)

keragaman akan menemukan kebedaan
kesamaan akan membentuk kesatuan
kebedaan dan kesamaan bersanding menjadi kesatuan
(ngacoiesme ala lena)

dibahasakan juga,
bersanding dalam keberbedaan tidak mesti lalu membedakan diri dari persamaan yang sudah ada, kemudian sanding bersama dalam perbedaan yang sama tersebut. bersanding dalam keberbedaan mengartikan kesadaran beda itu sendiri dan kemudian tidak membuat persamaan sendiri atas perbedaan tersebut, namun justru bersama-sama mengharmonisasikan beda dan sama tanpa berat sebelah antara perbedaan dan persamaan.

dengan kata lain mari kita sama-sama teriakkan, "bhinneka tunggal ika!!"

ps. lha diriku bersanding ama apa dong nih? (hang mode on)

foto: (dengan keharmonisasian bersandinglah) masjid istiqal, gereja katedral. tampak dari pucuk monas, jakarta, juli 2010

Thursday, September 30, 2010

the lone ranger

semrawut carut marut mawut awan hitam bergelayut.
terpujilah raja cacing atas segala cacing atas runcing badai yang kan segera menghunjam

tak kuindahkan roda dua di parkiran yang meraung minta ditunggangi ... semprul!
lagi asik menikmati hantaman segerombolan air yang mendarat di kepala, seketika cipratan becekan menerjang menodai wajahku ... samber geledek!

di pagi hari awal sendunya september ceria, sepenggal lakon bersaksi begini

... kelana terkesiap dari bongkahan batu di tepi sungai tempat peraduannya, mimpi semalam terpenggal begitu saja namun kelana berangan sisa mimpinya akan dilanjutkan saja di sela jelajahnya hari ini. aliran tenang sungai yang panjang berselimuti kabut tipis menghampar memberi kesejukan, lalu
kelana menggerakkan langkahnya untuk segera mencelupkan wajah di aliran gemericik sungai itu. dingin. segar.

setelah itu, kelana menghampiri api unggun semalam yang menyisakan gumpalan asap tipis yang terus membumbung melesat menghampiri gemawan yang pasang aksi dihamparan luas biru lazuardi. kemudian ditimbunnya bara unggun dengan pasir agar tak lagi membara. kelana menoleh ke belakang, tak ada siapa-siapa, sepi senyap dan di pagi ini tampaknya para burung pun diam membisu. waktu membeku.

aku : "bagaimana?"
Dia: "baiknya kita lanjut saja"
aku:"ya, aku pikir juga seperti itu, hmmm.. sudah?"
Dia: "asal kau tahu saja, tanah liat tak seketika menjadi bejana."
aku: "lalu kapan?"
Dia: "sedang dan masih ..."
aku: "o ...? tapi..."
Dia: "hmmm... buang tanyamu dan segera kita lanjut melangkah"

teriknya matahari melancarkan lelehan waktu. kelana tiba di tengah keramaian pasar. berbagai aroma menusuk hidungnya, ... aaakkhhhh ... lalu lalang manusia bergerak mengikuti irama hati mereka masing-masing. besar kecil, bagus indah, murah mahal, luas sempit, dan ratusan pilihan lainnya siap dijajakan di pasar itu. kelana melemparkan pandangannya ke segala penjuru pasar sambil berjalan perlahan menyusuri pasar. dirasa tak ada yang dicari maka kelana membelok ke kiri diiringi siulan kecil bersama enteng langkahnya. saat tiba di ujung jalan, kelana berhenti. sekitar satu meter di hadapannya kelana melihat sesuatu yang berkilauan tergeletak begitu saja di antara kerikil di sepanjang jalan itu. untuk beberapa saat kelana terdiam sambil memandangi kilauan itu. sesuatu dalam hatinya bergejolak mendorongnya ingin menghampiri kilauan itu. maka segera saja kelana bersiap mengambil kilauan itu, namun seketika sesuatu dari atas menukik ke bawah dan menyambar kilauan itu dengan paruhnya,lalu langsung melesat ke atas dengan kepakan sayapnya yang meninggalkan hembusan angin yang menampar wajah kelana. badai menyusul ...

Dia: "mari kita bicara"
aku: "tidak, kemarin dulu kan sudah"
Dia: "segala sesuatu baru setiap hari"
aku: "yang lama saja masih bersisa, ku rasa yang baru pun tak berkenan denganku"
Dia: "kau tak kan pernah tau bagaimana rasa manis jika kau tak terlebih dahulu merasakan pahit"
aku: "buat apa...? lihat, senja merayap berganti gelap"
Dia: "saat gelap pun bintang setia memancarkan cahyanya"
aku: "tak usah repot, biar saja pekat menyelimutiku"
Dia: "kau lihat, batu karang di pantai pun terkikis oleh air"
aku: "aakkhh ... aku bukan batu karang dan aku anti air"
Dia: "segala sesuatu ada waktunya!"
aku: "aku hanyalah kehampaan yang tak mengenal waktu"
Dia: "dasar.. cah gemblung!"

ps. hehehe ... semoga Dia tak bosan denganku ...

Foto: (seperti biasa, jalan-jalan sendirian aja di) sekitar Taman Sari, Jogja.

Tuesday, September 28, 2010

saat di baron

saat, demikian yang menghadirkan suka di sesaknya kecewa
saat, begitu meskipun tak tersampaikan wujud asa
saat, apaadanya yang selalu menggugah tawa
saat, antara meskipun dilema menerka

saat kala, sapa ramah menggeser gulana sepi
saat masa, rasa manis menetral kepahitan lalu
saat waktu, senyum tulus melegakan risau kelabu
saat mana, salam hangat mendiami relung hati

saat yang mencari saat kembali dan kau terus disini

ps. belum juga kesampaian lunch bareng, tapi keburu sign out ...


foto: pantai baron, saat maen bersama saganers 887, jogja, 2010

Monday, September 13, 2010

(maksudnya) pantai

bila saja semua tak begini
andai saja beda dari semua ini
jika saja ini tak pernah dan tak akan pernah terjadi

apakah aku akan seperti saya
apakah saya tidak akan mungkin menjadi seperti aku
apakah aku tak mengenal saya
apakah aku dan saya akan menjadi tidak seperti?

adakah rasa yang berbeda?

namun semua tak seperti yang dibayangkan
impian yang menjauh dari daratan
kembaran asa dan harap yang sekadar saja dan tak berbuah apa-apa

maksud?

ps. maaaaakkkk.... ada harapan yg musti gw pertanggungjawabkan ...huuueeekkkqq...


foto: (waktu belajar njepret) pantai pandansari, ditemenin ari. tepi jogja, 2004

Sunday, August 15, 2010

ngenteni ...

jadilah terang,
pada suatu pohon ...ulat keket menggeliat-liat mengikis gelombang
pada hijau daun. segar.

pada suatu langit ... awan berarak menjadikannya kelinci .. gajah .. topi .. bulat bergerunjal. indah.

jadilah gelap,
pada suatu pantai ... ombak berbuih memecah, menerjang karang diiringi lembayung mengantar tenggelamnya sang surya. sendu.
pada suatu desa ... sunyi sepi pekat menyelimuti
dan senandung nyanyian jangkrik membuai. dingin.


jadilah gelap dan jadilah terang ...

hawa menarik nafas, menghisap seluruh semesta
dan kemudian memuntahkannya kembali pada semesta itu sendiri.


hawa terkejap saat partikel cahaya memaksa masuk
menggedor pengelihatannya dan menyusup masuk ke dalam isi kepala ...


semua berbalik pada memori yang lalu
selalu teringat untuk lupa yang diperjuangkan
semua tempat dicoba tuk mencari jawab dari semua tanya,
pun rumput yang bergoyang ikut menggeleng untuk sebuah jawab,
pun bintang dilangit tak berkerlip untuk suatu kejelasan ...
sungguh suatu tanya yang tak berjodoh dengan jawab,
ah ...

gerimis
tujuh tahun hingga kini ...

o ya, mari kita pergi jauh dari sini /
enggak bisa /

lho kok enggak bisa? /

kita harus kembali lagi besok /

buat apa? /

nunggu godot /

ah, ia tidak datang hari ini? /

enggak /

dan sekarang sudah terlambat /

ya, sekarang sudah malam /
dan kalau kita lupakan saja gimana?

(kutipan naskah "menunggu godot")
___
*len, dirimu jangan ikutan meninggal ya*

ps. missing .. font
btw buku godotnya, nanti aku balikin ya mas anton, sory lama minjemnya, hehehe.. tx :D

foto: sedang plesir bersama warga Gloria di pura Uluwatu, Bali, 2005




Friday, June 18, 2010

the swamp thing ...

jumat yang bukan kliwon kembali hadir... tepat 13 hari terlewati di bulan separo bundar kini.
bundar separo mengikuti jejak langkah pada separo jalan menuju istana rawaku.
istana rawa tempat kubertakhta ...
dalam istana rawa wadah memuntahkan suara antara aku dan diriku ...
sudut istana rawa ruang parkir segala risau dan uneg ku ...
kedalaman istana rawa yang semakin kuselami bersama dengan nurani lecet ini ...
istana rawa sarang mengerami otakku yang tak kunjung menetas ...

jadi teringat hari ini baru separo nafas mengisi paru.

ugh ... separo yang tinggal separo.

jika separo merupakan paroan dari separo satunya lagi, maka paroan tersebut yang kudambakan kini entah menggelandang kemana ...


ps. swamp thing wanna be :)

Foto: Hutan bakau, muara angke , jakarta 2010

Tuesday, June 1, 2010

show off













saat itu ... di pasfes kuningan dan museum mandiri...hasil jepretan ku ikut terpajang diantara jejeran tersebut :D

foto: pameran foto kepergok membaca yg diadakan oleh Forum Indonesia Membaca, 2010

Friday, April 16, 2010

nyemplung

rasanya pelarian ini tak juga berkesudahan ...
tiga puluh kilometer telah lewat ...
pheeww ...
dua kilometer lagi ke depan aku ingin sejenak menghentikan langkahku.
sekadar ingin mengalihkan kebosanan, kupejamkan mataku sembari kaki ini tetap melangkah kecil.

me: pie?

my self: rasanya seperti berharap-harap akan sesuatu yang diharapkan harapan itu tak akan pernah terwujud.
... biarlah harapan itu tak akan pernah terwujud. dengan begitu harapanku akan abadi utuh selamanya ...

ha..ha.. ha... ha...
ciiiiaaatt.. bYuuurrr... blebeg.. blebeg..

ps.: di hari jadi ini, pengen nyemplung samudra..

foto: pantai baron, gunung kidul-jawa tengah, 2010



Thursday, March 18, 2010

menyepi ...














ketika lonceng tak lagi berdentang membangunkan gereja yang sedang terlelap,
saat alarm bosan berteriak waktu subuh hari,
dikala jeritan bisu membungkam kebisingan ...

maka dari itu pula ... bila aku berbicara, penderitaanku tidak menjadi ringan,
dan bila aku berdiam diri, apakah yang hilang daripadaku?

biar sepi setia menemani saat hingga ...


foto: pawai ogoh-ogoh memperingati hari raya nyepi di monas, jakarta 16 Maret 2010

jakarte punye!













allow, abang.. mpok.. ncang.. ncing.. tole.. upik.. kuncung... de el el... ape kabar? gw mo numpang nampang foto hasil jalan2 gw ke daerah kota tua neh, museum fatahillah tepatnye. ade acare video mapping gitchu deh, maksudnya pemutaran video yg ditembak langsung ke tembok museum fatahillah yg peletakan gambar2nye di pas-pasin ama tekstur bangunan itu sendiri, jadi dibutuhkan mapping ato pemetaan gitu supaya pas, mangkenye judulnye video mapping... hehee.. kurang dan lebihnya kira2 kaya gitu deh.

trus di acara sabtu malem tanggal 13 maret 2010 hasil kerja bareng british council+kadin jakarte itu juga sekalian bang foke alias fauzi bowo sebagai gubernur dki jakarta ngadain launching "jakarta punya" sebagai kota souvenir, macem2 deh sovenirnya .. ade boneka kaya unyil gitu, ade mug, ade notebook, ade kaos, ade tas juge yg kate foke tas nye serba guna bgt bahkan bisa buat masukin pacar yg lagi bikin kite kesel, hehehee... :D


secara keseluruhan acarenye keren bgt dah.. khususnye pas pemutaran video mapping itu bikin ribuan penonton menganga dan terkagum-kagum, coba aje elu liat hasilnya kaya di foto .. keren bgt kan.. videonye ada yg membuat seolah-olah gedung fatahillah runtuh..... bruuuukkkkk... hancur bersepihan. katenye sih pemutaran video itu baru pertama kali diputer di indonesia, semoga menular ke daerah2 laen deh, supaya semua pada merasakan gimana keajaibannye.

foke deh... eh.. ok deh... besok kite jelen-jelen .. eh... jalan-jalan lagi ye....

ps. di area museum seluas gitu mandi keringet gw.. rebutan oksigen ame para penonton .. :D

foto: video mapping+launhcing kota kreatif jakarta punya @museum fatahillah jakarta, 13 maret 2010