Tuesday, February 1, 2011

fatamorgana

cuplikan kisah yang tak mungkin dicapai,

hawa panas membakar sampai ke ubun-ubun. perlahan terasa otak ini mendidih. meletup-letup mengguncang syaraf memori yang tak kunjung aus merekam waktu fana. terekam sekali lagi ... bukannya dia tidak mau sendiri, hanya saja kesendirian selalu merengek minta ditemani sedangkan temani selalu saja punya alasan untuk mendekati kesendirian pada dia. maka jadilah seringkali dia dan sendiri berteman.

saat itu bulan memerah tersipu mengawali proses purnama yang ditunggu dia. seperti bulan-bulan sebelumnya, dengan semangat penuh, malam ini pun bulan ditungguinya menjadi utuh berpurnama. bukan saja bulan merasa tersanjung, ia juga merasa tak enak hati diharap-harap dia setiap bulannya, jadinya malah tersipulah rembulan. bulan mempunyai cara tersendiri jika ia tersipu, yaitu ia seolah bergerak menjauh dalam hitungan setiap kejapan mata. hal tersebut telah diperhatikan dia dengan seksama, maka sebisa mungkin dia mengurangi kejapan matanya agar merasakan rembulan seolah mendekati dia. tapi sebagai orang biasa dia tak bisa terus-terusan menahan kejapan matanya, tanpa dia sadari malah dengan sendirinya mata pun terkejap. menyadari keterbatasan penglihatan mata, maka dia mencoba mengandalkan hatinya dengan harapan hati dia tak akan terpengaruh oleh kejapan mata yang membuat rembulan seolah menjauh. dia ingin mempercayai hatinya yang meyakini apa dan bagaimanapun rembulan akan seutuh purnama yang perlahan mendekati dia pada saatnya nanti.

ps. fa·ta·mor·ga·na n 1 gejala optis yg tampak pd permukaan yg panas, yg kelihatan spt genangan air; 2 hal yg bersifat khayal dan tidak mungkin dicapai

foto: gw ama fia tengah malam geletakan di tengah jalan wisata grojogan sewu tawangmangu,
jawa tengah, 2004