Sunday, March 29, 2009

otakku miring

aku benci bila sentimental ini kambuh lagi...

sejak 3 bulan ini aku rasakan dunia ini miring. tidak seimbang. berat sebelah. berat oleh tekanan kenyataan yang tak bisa ditawar lagi. ya, kenyataan yang tak bisa ditawar bahwa dia memang tidak lagi disini. kenyataan yang menempeleng lamunku yang selama ini terus menerus mencari-cari keberadaan dia.


pantas saja 3 bulan terakhir hp ini tidak pernah menyalak. biasanya bila datang suatu pesan, hp butut ini menyalak minta diperhatikan.

pantas saja capcay favorit ku berasa hambar. pantas saja merkuri sepanjang 20 kilometer menuju rumahku padam. gelap. ternyata semua itu bersatu padu menjawab tanyaku selama ini. dia tidak lagi di sini ...

dia benar-benar telah pergi ... tanpa mengucapkan satu patah kata pun.

dia pergi ke tempat dia berpulang. ke tempat dia pernah menikmati masa kecilnya di sawah belakang rumah. ke tempat dia sempat-sempatnya menangisi kekasih hatinya.ke tempat dia menabur mimpi-mimpinya. ke tempat dia mengamini masa depannya.

jika memang begitu yang sudah digariskan, aku hanya mampu berkata, "selamat mewujudkan impian-impianmu, my dear be@st friend."

** tinggal aku sendiri yang tetap miring dan masih mencari keseimbangan **

Foto: pantai parangkusumo, Bantul, Jawa Tengah.

Friday, March 27, 2009

berendam di Batur

seperti air begitulah hidupku mengalir. menjalani segala tanpa tekanan, just let it flow. mengakhiri bunga tidur di subuh hari. menjadi aset produksi hingga petang bahkan malam hari. dan kembali ke pembaringan dini hari. ya begitu, terus bergulir dari waktu ke waktu. jam, menit, detik terlewati sesuai ritme aliran air ciliwung yang membuat sesak tarikan nafas ini.

mengalir sih mengalir.. tapi nurani yang sedikit waras ini tak ingin hanya sekadar.

awas..! lihat saja nanti ya, ciliwung! aku gak sudi lagi mengalir di tubuhmu. aku akan menemukan aliran yang lain. walau yang kutemukan hanya parit kecil, tapi tak mengapa asal itu bening nan jernih.

ps. kalo hanya berendam di danau Batur Bali, asik juga kali ya :P

Foto: Danau Batur, Bali

Tuesday, March 24, 2009

lawangsewu

samber geledek ... setan alas .. sungguh sial... bayangan itu terus mengikuti. tidakkah ia punya rumah sendiri? waktu aku tadi garuk-garuk bokongku, apakah ia sudah mengikuti juga? sejak kapan ia memata-mataiku? untung saja tidak ada suatu apapun yang berharga di diriku yang pantas dia rampok. "maaf saja bung, jika anda berniat merampok saya, maka saya ikut menyesal jika anda kecewa. karna tidak ada dalam saya yang cukup berharga untuk anda ambil. bahkan harga diri sekalipun." puas sekali rasanya bila kata-kata itu sungguh aku ucapkan pada bayangan itu. baiklah, tinggal aku tunggu saja dia menyergap, aku pun sudah membuat rencana matang untuk menyambut datangnya.

aku rasakan ringan sekali langkahku dengan segala ketidakpunyaan. tak ada impian muluk yang menyumbat otak kanan ini. aku sungguh bersyukur tidak pandai berhitung, maka aku tidak perlu pusing-pusing menghitung nominal di saku ini. aku pun sayang pada lambung ini, karena dia tidak rewel terus minta dijejali sembako. yah.. aku tak mau tertular dengan virus-virus duniawi. walau aku akui aku memang bergaul akrab dengan duniawi tapi sungguh ada suatu sisi jahat yang aku pun enggan mendekati.

aku mencintai kehampaan, aku jatuh cinta pada kekosongan. sepi dan dingin menjadi teman akrabku. sungguh menyenangkan. tapi entah kenapa setiap kali aku menghayati hal itu, terasa telinga ini perih seperti ada yang menjewer.

duh.. bayangan itu mendekat... ia besar.. hitam. pekat. semilir angin yang mengikuti bayangan itu membuat kuduk ku merinding. ia pun semakin dekat. sangat menyeramkan. ya dia mendekat, tambah dekat. ingin kaki ini mengambil langkah seribu. tapi seperti patung tubuh ini berdiri. meski tadi aku sudah mempersiapkan diri menyambut bayangan itu, tapi tetap takut ini tersenyum puas melihat wajah panikku.

toloooong.. dalam hati aku sekuat tenaga menjerit!

ah.. itu dia selangkah di depanku ada sebuah pintu. seakan-akan pintu itu tercipta dari getaran jerit suara hatiku. aku mau ke sana, aku mau mengetuk pintu itu. tapi, TIDAK..! berbarengan dengan ketukan pertama di pintu itu, aku sudah berada dalam dekapan bayang itu, ia menyumbat mulutku hingga tak sempat lagi ku ucapkan kata-kata yang tadi telah aku persiapkan.

hmmpffhhh......


I knocked on heaven's door but instead hell's gate opened up!

Foto: Lawang Sewu, Semarang, Jawa Tengah

Wednesday, March 18, 2009

simbah

ngene seksi to? ayo nduk, gek ndang simbah difoto yo. mengko diafdruk gek disebarke nang tonggo teparo yo. ojo lali dileboke nang jeroan jaring ben si mbah soyo kondhang!

ps. sip mbah!

Foto: si mbah di desa planjan.

Tuesday, March 17, 2009

dapur impian

pagi menyapa menawarkan harapan, mentari menyentuh kehangatan. retno kecil bangun dari tidur dan bergegas ke kamar mandi luar, siap-siap 'tuk menimba ilmu di sekolah dasar. ibu telah selesai merebus air dan nggoreng ikan asin juga telor ceplok buat asupan hari baru mereka. bapak sedang di kandang sapi samping rumah menyuguhkan rumput hijau untuk sarapan kedua sapinya yang kuat dan bugar.

ya.. disinilah cabai dan brambang melebur, asap mengepul dari tanakan nasi, ikan asin meletus-letus dari jelantah panas, air sumur mendidih di tungku, kayu dan ranting membara alami memproses matang.

sungguh matang yang sempurna bagi retno, ibu dan bapak... ya, bagi keseharian mereka ...

ps. aku pun ingin ...

Foto: dapur ibunya retno, desa planjan, gunung kidul, jawa tengah.

Wednesday, March 11, 2009

jadi gatal

merah di sekitar. sedikit bengkak. sebagian mengelupas dan mengilap. bersyukur pertanda koreng ini mulai mengering, tapi jadinya mulai bikin gatal.

ps. hati ini berteriak minta di garuk!

Foto: ulet bulu di pinggir jalan Sagan, Jogja.


Monday, March 9, 2009

bau ngangeni

sekali kuhirup bau itu. bau itu ... ruang sempit dengan satu sofa dan diremangi 5 watt yang berpijar. bau itu ... jejeran gelas plastik dan setoples gula pasir yang dirubungi semut. bau itu ... kemeja hitam dan merah, jaket hitam, dan satu jeans biru yang menggantung di cantelan pintu kamar. bau itu ... berputar dan menari-nari genit di udara. sekali lagi kurasakan bau itu, breath in, breath out ... breath in, breath out, ... breath in, breath out ... semakin kupercepat tempo tarikan dan hembusan nafasku ini.

ada yang teringat, ya ... bau itu. bau apek yang ngangeni ...

ku lanjutkan langkah ke lantai 3, ruang biasa dengan 2 kamar tidur dan sisa ruang kosong. kembali bau itu terasa .... mengapa bau itu mengikutiku, ataukah bau itu memang ada dimana-mana. selalu ada di setiap tempat yang aku datangi?

sungguh bau itu, dia nyata. memang kasat mata namun nyata sosoknya hadir dan menyentuh pundakku. kutengok ke belakang. namun hanya dinding putih yang menyapa datar. tapi tetap sentuhan itu menempel di
pundakku.

sniff.. sniff... sungguh sial hidung ini. penciuman ini. bau ini tanpa tengok kiri kanan, nyelonong masuk otakku dan mendongkrak ingatanku, menguak kenanganku akan suatu hal yang telah lama ku kubur.

harapku biarlah ada angin barat berhembus memenuhi seluruh ruang. mendatangkan aroma baru yang kan memberi kesejukan ...

Foto: bunga liar di bukit doa Kerep, Ambarawa, Jawa Tengah.

Friday, March 6, 2009

my view

aku hanya ingin menulis ini untuk ditujukan pada diriku aja. aku hanya ingin ngomong ama diriku. tapi supaya aku berasa lebih enak ngobrol dengan diriku sendiri ini, aku akan mengandaikan diriku sendiri sebagai kau. untuk diketahui kau adalah aku sendiri . jadi di sini kau sedang berbicara dengan diri sendiri. diri sendiri tetap aja menjadi diri sendiri, karna posisi diri sendiri hanya sebagai pendengar aja, yang bisa diajak omong, diajak dengerin curhatan. tapi emang gak nutup kemungkinan diri sendiri yang akan memulai pembicaraan, memberi komentar atau menanyakan sesuatu kepada kau, yang harus diingat bahwa kau adalah diri sendiri. jadi ok lah ya. di sini posisinya aku sendiri berbicara dengan diri sendiri, tapi kata ganti aku sendiri diganti dengan kau dan perlu ditegaskan lagi bahwa kau adalah aku, aku sendiri yang sedang bicara dengan diri sendiri. sebenere gak apa-apa kan aku pinjam kata ganti kau sebagai gantinya aku? abisnya kalo pake aku berasa kaya orang gila aja yang omong dengan dengkulnya sendiri. jadi maksudnya gak enak aja, gak gayeng walaupun emang gak bisa dipastiin kalo emang pembicaraannya garing ... tapi beneran garing deh nih. auk ah...!

... hmm.. dipikir-pikir ya ... kadang sulit juga ya berdialog dengan diri sendiri. coba aja kau tanya ama diri sendiri. cita-cita kalo udah "gede" apa? mau nikah umur berapa? eh, mau nikah ato gak ya!? 2taunan dah bisa
beli rumah kah? sukses itu jenis makanan apa sih, tetangga sebelah beli dimana ya?

ato ada kalanya juga rada-rada aneh dialog dengan diri sendiri, kadang bingung juga apa maunya. waktu kegerahan dan gak bisa tidur trus ngedumel, coba tuk pake kipas angin, trus pagi-paginya mules-mules karna masuk angin karna masuk angin, trus nyesel. gini salah gitu salah. apa sih maunya. suka setengah mampus ngejar-ngejar si A, tapi si A malah ngejar-ngejar si B. Padahal si B dah dapet si D. si D pun dah memiliki si B. tapi tetep aja si A gak mau nyadar. trus tetep aja masih ngejar-ngejar. saling kejar dan bekejaran. lari terus... gak pernah ketangkep trus yang ada capek deh. trus sedih deh ... aneh kan!

pernah... duduk-duduk aja di bawah pohon, cari tempat dan suasana adem buat pdkt dengan diri sendiri. berdamai dengan diri sendiri. menaklukkan diri sendiri. coba mengingkari diri ...

seketika angkot lewat di jalan seberang, kau pun terlambat menyetopnya, dan angkotpun mendahuluimu. tapi jelas kau baca di kaca belakang angkot itu ... "Jesus luv u"

ps. tx ya, J :)


Foto: sekitar gunung Kelud, Jawa Timur.

Thursday, March 5, 2009

(sok) pahlawan

hei teman, mari izinkan ku menopangmu dalam lelahmu
hei teman, ini kuberikan senyum tuk kobaran semangatmu

hei kawan, segera tumpahkan unegmu di hadapanku
hei kawan, ayo ledakkan amarahmu dalam sunyiku

hei sahabat, tak ragu ku tempuh terjal panjang berliku tuk menemanimu
hei sahabat, sampai perih lutut ini tak henti bersujud menaikkan yang terbaik 'tuk bahagiamu

hei ... sungguh ku ukir namamu di hatiku dan kupersembahkan untukmu

ps. ada lagi yang kurang gak, say?


Foto: Taman Sagan, Jogjakarta.

Sunday, March 1, 2009

kehangatan

remang menyelimuti persimpangan tempat kau berdiri. lalu jongkok. duduk. dan menarik nafas panjang. kau melirik arah jarum jam yang ada di pergelangan kirimu. pukul 23.13. angin dingin menggodamu dan kaupun menutup restleting jaket birumu. hmm.. mungkin ada baiknya kau setel radio yang ada di hp cdma mu, lantunan "Malaikat Juga Tahu" datang menemanimu -- tx Dewi Dee Lestari --

***Lelahmu jadi lelahku juga
Bahagiamu bahagiaku juga
Berbagi takdir kita selalu
Kecuali tiap kau jatuh hati

Kali ini hampir habis dayaku
Membuktikan padamu ada cinta yang nyata
Setia hadir setiap hari
Tak tega biarkan kau sendiri
Meski seringkali kau malah asyik sendiri

Karena kau tak lihat terkadang malaikat
Tak bersayap tak cemerlang tak rupawan
Namun kasih ini silakan kau adu
Malaikat juga tahu siapa yang jadi juaranya

Hampamu tak kan hilang semalam
Oleh pacar impian
Tetapi kesempatan untukku yang mungkin tak sempurna
Tapi siap untuk diuji
Kupercaya diri
Cintaku yang sejati

Namun tak kau lihat terkadang malaikat
Tak bersayap tak cemerlang tak rupawan
Namun kasih ini silakan kau adu
Malaikat juga tahu siapa yang jadi juaranya

Kau selalu meminta terus kutemani
Engkau selalu bercanda andai wajahku diganti
Relakan ku pergi
Karna tak sanggup sendiri

Namun tak kau lihat terkadang malaikat
Tak bersayap tak cemerlang tak rupawan
Namun kasih ini silakan kau adu
Malaikat juga tahu Aku kan jadi juaranya ***

dalam pejaman mata kau mencoba mengingat. mengingat pada apa yang mengantarmu ke persimpangan ini. kau hanya merasa tiba-tiba berada di persimpangan ini. mungkinkah yang bersayap mengajakmu terbang dan
mendaratkanmu di persimpangan ini? mungkinkah gumpalan awan membalutmu dan melayang hingga menjatuhkan dirimu di persimpangan ini?

segal hal coba kau dekatkan pada sebuah kemungkinan. namun segal hal tampak buram dan yang ada hanyalah sekelebat wajah laki-laki dengan sapa hangatnya mengulurkan tangan kanannya ke arahmu. dan entah apa dan bagaimana kejadian selanjutnya kau tak ingat. saat ini kau hanya tak kuasa menolak kenyataan bahwa kau benar-benar ada di persimpangan ini. kau coba santai dan menikmati suasana sembari memejamkan mata kau mengejar lagi sosok laki-laki dengan sapa hangat itu.

kau inginkan dia nyata. kau inginkan dia hadir. tapi. datar. yang kau temukan hanya bidang datar.

lantunan lagu berganti, kali ini "Musnah Tinggal Debu" giliran membuai dirimu -- tx NAIF --

***Hei kawan apalah gunanya engkau sedih begitu
Kau tak tahu dari dulu
Ia slalu menunggu

Tak sadarkah kau bila ia sangat menginginkanmu
Slalu ada disisimu hingga kau pun berlalu

Pikirkanlah kawanku
Jangan kau buang waktu

Jangan kau pernah tanya siapa yang patut kau cintai
Karna kau takkan pungkiri semua semua ingin kau miliki

Tak sadarkah kau bila ia sangat mencintaimu
Slalu ada disampingmu hingga kau pun berlalu

Pikirkanlah kawanku
Jangan kau buang waktu

Kini ia tiada
Dan engkau pun merana
Sesal tiada artinya

Hancurlah hatimu
Musnah tinggal debu
Engkau pun tiada berdaya ***


uugghh ...

apa yang kau lakukan di tempat ini? apa yang kau nanti, apa yang kau tunggu ... bisikan lembut itu menyelusup benakmu. adakah yang kau nanti, adakah yang kau tunggu ... semakin jelas bisikan lembut itu kembali.

" ..."

... akankah selamanya kau terus menunggu membuktikan hangatnya sapa sosok laki-laki itu. akankah kau bangkit dan belok kiri di persimpangan itu ...

yang jelas sebelum pukul 00.00 kau harus beranjak menentukan pilihan ... kalau tidak ...


ps. aku memilih menikmati hangatnya lahar merapi


Foto: Gunung Merapi, 2006 dilihat dari 'puncak Gloria', jogjakarta-jawa tengah