remang menyelimuti persimpangan tempat kau berdiri. lalu jongkok. duduk. dan menarik nafas panjang. kau melirik arah jarum jam yang ada di pergelangan kirimu. pukul 23.13. angin dingin menggodamu dan kaupun menutup restleting jaket birumu. hmm.. mungkin ada baiknya kau setel radio yang ada di hp cdma mu, lantunan "Malaikat Juga Tahu" datang menemanimu -- tx Dewi Dee Lestari --
***Lelahmu jadi lelahku juga
Bahagiamu bahagiaku juga
Berbagi takdir kita selalu
Kecuali tiap kau jatuh hati
Kali ini hampir habis dayaku
Membuktikan padamu ada cinta yang nyata
Setia hadir setiap hari
Tak tega biarkan kau sendiri
Meski seringkali kau malah asyik sendiri
Karena kau tak lihat terkadang malaikat
Tak bersayap tak cemerlang tak rupawan
Namun kasih ini silakan kau adu
Malaikat juga tahu siapa yang jadi juaranya
Hampamu tak kan hilang semalam
Oleh pacar impian
Tetapi kesempatan untukku yang mungkin tak sempurna
Tapi siap untuk diuji
Kupercaya diri
Cintaku yang sejati
Namun tak kau lihat terkadang malaikat
Tak bersayap tak cemerlang tak rupawan
Namun kasih ini silakan kau adu
Malaikat juga tahu siapa yang jadi juaranya
Kau selalu meminta terus kutemani
Engkau selalu bercanda andai wajahku diganti
Relakan ku pergi
Karna tak sanggup sendiri
Namun tak kau lihat terkadang malaikat
Tak bersayap tak cemerlang tak rupawan
Namun kasih ini silakan kau adu
Malaikat juga tahu Aku kan jadi juaranya ***
dalam pejaman mata kau mencoba mengingat. mengingat pada apa yang mengantarmu ke persimpangan ini. kau hanya merasa tiba-tiba berada di persimpangan ini. mungkinkah yang bersayap mengajakmu terbang dan
mendaratkanmu di persimpangan ini? mungkinkah gumpalan awan membalutmu dan melayang hingga menjatuhkan dirimu di persimpangan ini?
segal hal coba kau dekatkan pada sebuah kemungkinan. namun segal hal tampak buram dan yang ada hanyalah sekelebat wajah laki-laki dengan sapa hangatnya mengulurkan tangan kanannya ke arahmu. dan entah apa dan bagaimana kejadian selanjutnya kau tak ingat. saat ini kau hanya tak kuasa menolak kenyataan bahwa kau benar-benar ada di persimpangan ini. kau coba santai dan menikmati suasana sembari memejamkan mata kau mengejar lagi sosok laki-laki dengan sapa hangat itu.
kau inginkan dia nyata. kau inginkan dia hadir. tapi. datar. yang kau temukan hanya bidang datar.
lantunan lagu berganti, kali ini "Musnah Tinggal Debu" giliran membuai dirimu -- tx NAIF --
***Hei kawan apalah gunanya engkau sedih begitu
Kau tak tahu dari dulu
Ia slalu menunggu
Tak sadarkah kau bila ia sangat menginginkanmu
Slalu ada disisimu hingga kau pun berlalu
Pikirkanlah kawanku
Jangan kau buang waktu
Jangan kau pernah tanya siapa yang patut kau cintai
Karna kau takkan pungkiri semua semua ingin kau miliki
Tak sadarkah kau bila ia sangat mencintaimu
Slalu ada disampingmu hingga kau pun berlalu
Pikirkanlah kawanku
Jangan kau buang waktu
Kini ia tiada
Dan engkau pun merana
Sesal tiada artinya
Hancurlah hatimu
Musnah tinggal debu
Engkau pun tiada berdaya ***
uugghh ...
apa yang kau lakukan di tempat ini? apa yang kau nanti, apa yang kau tunggu ... bisikan lembut itu menyelusup benakmu. adakah yang kau nanti, adakah yang kau tunggu ... semakin jelas bisikan lembut itu kembali.
" ..."
... akankah selamanya kau terus menunggu membuktikan hangatnya sapa sosok laki-laki itu. akankah kau bangkit dan belok kiri di persimpangan itu ...
yang jelas sebelum pukul 00.00 kau harus beranjak menentukan pilihan ... kalau tidak ...
ps. aku memilih menikmati hangatnya lahar merapi
Foto: Gunung Merapi, 2006 dilihat dari 'puncak Gloria', jogjakarta-jawa tengah
No comments:
Post a Comment