aku rasakan ringan sekali langkahku dengan segala ketidakpunyaan. tak ada impian muluk yang menyumbat otak kanan ini. aku sungguh bersyukur tidak pandai berhitung, maka aku tidak perlu pusing-pusing menghitung nominal di saku ini. aku pun sayang pada lambung ini, karena dia tidak rewel terus minta dijejali sembako. yah.. aku tak mau tertular dengan virus-virus duniawi. walau aku akui aku memang bergaul akrab dengan duniawi tapi sungguh ada suatu sisi jahat yang aku pun enggan mendekati.
aku mencintai kehampaan, aku jatuh cinta pada kekosongan. sepi dan dingin menjadi teman akrabku. sungguh menyenangkan. tapi entah kenapa setiap kali aku menghayati hal itu, terasa telinga ini perih seperti ada yang menjewer.
duh.. bayangan itu mendekat... ia besar.. hitam. pekat. semilir angin yang mengikuti bayangan itu membuat kuduk ku merinding. ia pun semakin dekat. sangat menyeramkan. ya dia mendekat, tambah dekat. ingin kaki ini mengambil langkah seribu. tapi seperti patung tubuh ini berdiri. meski tadi aku sudah mempersiapkan diri menyambut bayangan itu, tapi tetap takut ini tersenyum puas melihat wajah panikku.
toloooong.. dalam hati aku sekuat tenaga menjerit!
ah.. itu dia selangkah di depanku ada sebuah pintu. seakan-akan pintu itu tercipta dari getaran jerit suara hatiku. aku mau ke sana, aku mau mengetuk pintu itu. tapi, TIDAK..! berbarengan dengan ketukan pertama di pintu itu, aku sudah berada dalam dekapan bayang itu, ia menyumbat mulutku hingga tak sempat lagi ku ucapkan kata-kata yang tadi telah aku persiapkan.
hmmpffhhh......
I knocked on heaven's door but instead hell's gate opened up!
Foto: Lawang Sewu, Semarang, Jawa Tengah
No comments:
Post a Comment