Tuesday, December 14, 2010

sailing home

jejeran batang kayu tertata rapi membentuk bentangan sekitar 2,5 meter dan kibaran helai kain menjadi layar sebuah perahu yang dianggap sebagai perahu layar. pelayar ada disitu, ditemani seekor ikan kecil yang ditemukan pelayar saat tergelepar karena lemparan ombak.
sejak tadi pagi memang angin mulai mengamuk, entah mengapa, tapi sepertinya karena semalam rembulan ogah bermesraan dengannya, makanya pagi ini angin melampiaskan amuknya. jadinya pelayar yang kena imbasnya. berulang kali pelayar berusaha ajak ngobrol angin supaya menyudahi amuknya. tapi tetap saja tidak mempan, angin akan berhenti mengamuk setelah bertemu kembali dengan rembulan malam ini. maka pelayar menerima saja kenyataan, menikmati sisa amukan angin di petang hari itu.di tengah sisa amukan angin itu, pelayar menerawang. melintas bayang masa lalu dan setitik cahaya masa depan."i will sailing home, to where my ignorance belong", tekad si pelayar.

sebelumnya ...
perempuan taktahumenahu kembali bangun dengan ribuan pertanyaan di kepalanya.

"seperti apa rasanya menantikan yang ditunggu di tengah kemustahilan?"
""bila ada pohon tumbang di tengah hutan, dan tidak ada orang yang mendengarnya, apakah tumbangnya pohon menimbulkan bunyi?"
"adakah celaka yang pandang bulu?"
"kenapa penyesalan selalu datang terlambat?
"kapankah matahari terbit dari arah barat?"
"seperti apa bunyi tepukan sebelah tangan?"
"bolehkah mengharap keajaibanyang telah kadarluarsa?
"dimana alamat ketiadaan?"
"tuhan itu apa agamanya?"
"cinta?"
"pertanyaan apa yang tak punya jawaban?"
perempuan taktahumenahu mempunyai kerinduan untuk mencari jawaban atas semua pertanyaan
tersebut.

kemudian ...

dalam pelukan dingin embun dan senyuman hangat surya, langkah kaki perempuan taktahumenahu sedikit dipercepat karena ingin mengejar suatu jawab. di setiap persimpangan jalan, perempuan taktahumenahu melepaskan pertanyaan kepada apa dan siapa saja yang ia temui, guna ia barter dengan sebuah jawaban. namun, sudah puluhan kilometer ia tempuh, sama sekali tak satu pun jawaban ia peroleh. saat daun-daun berguguran di kerontangnya kemarau, perempuan taktahumenahu tak lagi betah dengan daratan, ia ingin menjadi bagian dari samudra raya dan lebih mendekat pada kaki langit. maka jadilah perempuan taktahumenahu memulai petualangan barunya dengan berlayar, seraya berkata, "i will sailing home, to where my ignorance belong"

ps. pengen makan bayam yang banyak biar kayak popeye the sailorman.. toeett.. tooett.. :p


foto: perahu layangan di pantai tanjung benoa, bali, 2005

No comments: