Wednesday, October 6, 2010

lost sheep

kala detik bergulir membentuk waktu
di tengah itu kurasakan kuasamu
saat pelita berpijar mengisi ruang
di situ nyata padaku limpahan kasih sayang

s e l a.

kala penyangkalan diri tak kunjung terlaksana
kau menunggu dengan setia
saat jiwa terus terhisap goda
maaf darimu masih tetap ada

s e l a.

Kau yang disana ...
maafkan jika ku sering merepotkanMu

s e l a.

dodo domba tak segera pulang ke kandangnya, bukan karena dodo domba tak hafal jalannya, ia hanya mengikuti irama langkah kaki yang membawanya entah kemana. hingga ia tiba di percabangan. jalan di sebelah kiri dan sebelah kanan, yang keduanya lurus dan sempit dengan pepohonan rimbun di tepinya dan semak belukar yang melambai mengajak dodo domba untuk menyusurinya.selangkah dodo domba mengayunkan kakinya ke jalan sebelah kiri, kemudian terhenti lalu mundur dua langkah dan bergeser selangkah mengayunkan kakinya ke jalan sebelah kanan. dua langkah, tiga langkah, empat langkah dan terus.
sepertinya hembusan angin timur yang mendorong langkah kaki dodo domba untuk masuk dan menelisik jalan di sebelah kanan tersebut. dalam perjalanannya tersebut begini ...

setelah berjalan sekitar satu kilometer ke depan, dodo domba merasa sesak nafasnya, biasanya jika gejala ini terjadi, ada dua kemungkinan, pertama jeroan di perutnya menagih asupan dan kedua dodo domba tersedak oleh asa yang tak kunjung tiba. sesaat dodo domba menengadah ke atas sambil berlari kecil hingga dia tersandung bebatuan. glek. dodo domba merasa lapar, perutnya bergemuruh minta diisi. tengok kanan tengok kiri, diseberang sungai kecil terhampar padang rumput luas, hamparan rumput indah berwarna jingga, "makan atau tidak ya?" sejenak dodo domba ragu apakah rumput jingga itu layak dimakan,namun karena desakan dari dalam perut segera dodo domba melahap barisan rumput yang berjejer sangat rapi dan apik. "nyam..nyam..rasanya sedikit sepet namun cukup manis asam-asam sedikit". nyam, delapan kali kunyah dodo domba memamah rumput, "terasa nikmat dilidah", dua belas kali dodo domba mengunyah lalu langsung melesat mengarungi tenggorokan dan kemudian meluncur menyerahkan diri dalam percernaan. untuk sementara ini dodo domba berhasil menyambung nafas hidupnya. suasana sepi, tak ada siapa-siapa. dodo domba senang dengan kondisi seperti itu, dengan penuh semangat dodo domba kembali berjalan dengan tekad di hati untuk memenuhi kerinduannya yaitu menjaring angin. ya, tekad itulah yang membawa dodo domba hingga sampai pada keadaannya sekarang. melangkah dan terus saja tanpa pernah berhenti sebelum kerinduannya kesampaian. seakan ada yang melempari dirinya dengan kerikil, dodo domba pun segera menoleh ke belakang, diamati sekelilingnya ... tak ada wujud apa-apa, hanya rerumputan yang sedang menari dan bersenang-senang dengan desir angin senja dingin yang segera menyatu dengan gelap malam.
namun tiba-tiba ...

gusrakk! ...
arrrggghhh ...

sekawanan makhluk liar berkaki empat berbulu loreng dan berwajah sangar, menampakkan dirinya dibarengi gelegar aumannya yang memekakkan telinga. nampak sederetan gigi-gigi runcingnya dan air liur yang menetes, membuat bulu dodo domba bergidik. ingin rasanya dodo domba mengambil langkah seribu, namun di segala penjuru, makhluk menyeramkan itu berdiri mengepung dan perlahan mendekati dodo domba, dan ancaman pekat malam memicu kawanan berkaki empat itu tuk segera lompat dan menerkam ...

arrgggghhh...!!
mmbbeeeeekkk ...
arrrggghhh!!!

semakin kuat irama detak jantung dodo domba, kilasan balik jalan perpercabangan kembali terpajang di benak dodo domba, kalau saja bisa menyesal di awal ...
apakah dodo domba salah memilih jalan? dodo domba tak tahu lagi mesti menghindar dan menjauh kemana dan bagaimana, terbesit dalam benak dodo domba, "akankah tiba waktuku?"

ps. ingin me-rewind ...

foto: candi ratu boko, jogja, 2005.

No comments: