di musim penghujan bulan juli pada suatu sawah, seekor kodok hijau kebiruan bernyanyi sendiri, mendendangkan lagu sukacita. kodok itu merasa bahagia karena penghujan datang di musim kemarau.
terik panas yang kemarin membakar ubun-ubun kini berganti kesejukan angin penghujan.
sang kodok senang tinggal di sawah belakang rumah milik seorang bapak tua bercaping, karena sawahnya tampak subur di setiap musimnya, tak peduli saat kemarau atau saat wereng sekalipun tetap saja sawah itu mampu memberikan hasil tanaman yang tidak mengecewakan. sebenarnya ada lagi yang membuat sang kodok betah tinggal di sawah pak tua bercaping. alasannya adalah karena sang kodok senang mengawasi seorang putri yang sering membantu pak tua bercaping bekerja di sawah. ya, putri itu adalah cucu dari pak tua bercaping. putri yang sejak berumur 5 tahun ditinggal pergi kedua orang tuanya. setiap pagi jika putri mulai menggarap sawah bersama pak tua bercaping, sang kodok berusaha untuk mendekati putri. telah puluhan musim berganti, namun sang kodok belum punya keberanian untuk berkenalan dengan sang putri.
hingga suatu pagi saat panen padi tiba, ketika sang putri sejenak beristirahat, sang kodok membulatkan niatnya berkenalan dengan sang putri. hanya butuh lima loncatan untuk kemudian sampai dan bersentuhan dengan kaki sang putri. sang putri sedikit terkejut dan kemudian melihat ke arah bawah. sang putri melihat di sebelah kaki kanannya ada sang kodok, langsung saja sang putri berjongkok dan memandangi sang kodok. kedua pasang mata saling beradu dan terkejap. sang putri melemparkan senyumnya pada sang kodok. sang kodok tertegun dan beberapa detik kemudian sang kodok meloncat menjauh dari sang putri. sang kodok meloncat mencari tumpukan padi untuk bersembunyi. sang putri pun tetap tersenyum mengiringi loncatan sang kodok.
jantung sang kodok berdetak cepat dibarengi senyum sang kodok yang tambah melebar. "ugh... senyata dan sedekat itu namun lidahku kelu tuk menyapa", gumam sang kodok ". sampai kapan rasa tak menentu ini usai, hm...biar segera kusudahi saja dan berhenti membodohi diriku sendiri, besok akan kembali kudekati sang putri dan berkenalan dengannya, ya."
esok pun berubah menjadi hari ini. hari saat mentari menyebarkan kehangatan bagi semesta. kehangatan mentari ikut menyentuh halus tubuh sang putri yang bersiap memanen padi yang telah menguning. tak jauh dari situ pula sang kodok dengan bulat hati bersiap menghampiri sang putri untuk berkenalan dengannya. perlahan sang kodok meloncat kecil mengatur detak jantungnya. bersamaan dengan loncatan kedua, sang kodok melihat ular setengah tua merayap dan mendesis mengarahkan dirinya pada sang putri yang masih sibuk memangkas padi menguning. sang kodok terkejut dan segera saja mempercepat loncatannya. dengan inderanya ular menyadari kehadiran sang kodok yang semakin mendekatinya. maka ular pun mempercepat rayapannya segera hendak mencatok tungkai kaki sang putri. sekuat tenaga kodok meloncat di saat yang sama ketika ular ambil ancang-ancang untuk mencatok melebarkan mulutnya . "haaappp.. aaagghh..." seketika sang putri melihat dibelakangnya, tampak jelas sang kodok meyediakan dirinya masuk kedalam mulut ular yang menganga sang putri sungguh kaget melihatnya, dengan secepat kilat langsung sang putri mengarahkan cluritnya pada badan ular, "jleebb".. clurit mendarat di perut ular. ular pun melemaskan gigitannya pada sang kodok sambil menahan rasa sakit dan memuntahkan sang kodok, dan segera melarikan diri dengan sobekan di perutnya. segera sang putri melihat sang kodok yang terkapar lemas di tanah sawah itu.
dengan setengah sadar dan tetap mengembangkan senyumnya, sang kodok memaku pandangannya pada wajah putri yang melas berseri. bingung hendak berbuat apa sang putri hanya memandangi sang kodok yang masih terkapar sambil menggerakkan bibirnya serasa mengatakan sesuatu, namun sang putri tidak mendengar suaranya dengan jelas, dan tak mengerti apa maksudnya.
"oh sang putri, diwaktuku yang singkat ini izinkan aku bekenalan denganmu ..." rintih sang kodok.
ps. aku pengen jadi petani aja deh ...
foto: sepenggal alam jogja nampak dari atas di jalan patuk, wonosari. november 2010
No comments:
Post a Comment