saat lembayung senja ragu menyapa, si angin baru asyik berputar-putar bermain bersama pasir putih di pesisir pantai itu. baru sekarang ini sejak angin muson mereda, si angin baru merasakan ketenangan dalam hidupnya, ringan tanpa beban. namun sejak semalam dalam rihatnya, si angin baru merindukan napas yang terembus dari pencipta. ya, si angin baru sungguh merindukan napas yang terembus dari pencipta, karena si angin baru menyadari napas tersebut adalah muasalnya, namun si angin baru tak mengerti mengapa dirinya jadi terpisah dari napas embusan pencipta. "ah, mungkin esok aku akan kembali bersatu dengan napas embusan pencipta", begitulah selalu yang diucapkan si angin baru untuk mencoba menguatkan diri dan kembali bersemangat.
di pergantian waktu seketika, angin kering menyerap uap air udara di sekitar si angin baru. biasanya jika hal tersebut terjadi maka cepat atau lambat akan terbentuk gurun karenanya. soalnya angin kering tersebut adalah utusan dari angin anti passat si empunya kerajaan di belahan bumi utara. angin anti passat itulah yang suka memperluas kerajaan gurunnya di muka bumi ini. si angin baru senang-senang saja mendengar kabar kedatangan angin kering, bisa jadi angin kering akan menyampaikan pesan rindu napas embusan pencipta untuk si angin baru. makanya esok harinya si angin baru menjumpai angin kering. "hai angin kering adakah pesan untuk ku yang ingin kau sampaikan?" ujar si angin baru. angin kering pun berucap, "oh, sayang seribu sayang tidak ada pesan yang dapat aku sampaikan untukmu, sabar sajalah mungkin musim berikutnya akan ada yang menitipkan pesan untukmu". pasir putih yang selalu menyertai si angin baru berputar-putar mengkrucut ke atas, menandakan si angin baru sedikit tidak puas dengan jawaban angin kering. biasanya jika si angin baru mengalami kemelut seperti itu segera saja ia melambung ke atas mencari burung langit sahabatnya. di pucuk nyiur burung langit bertengger sambil bersiul mengiringi tarian angin pantai. si angin baru segera mendekati nyiur dan menonton tarian angin pantai yang memberi kesegaran dalam kemelut si angin baru. nyiur di sekitar ikut melambai-lambai, daun-daun pun bergoyang, ombak ikutan berguling mengantarkan buihnya mencium bibir pantai, awan berarak menyulap dirinya membentuk gumpalan dan memecah dirinya dan berlari ke segala arah, tak ketinggalan layang-layang pun berlomba mencapai tingkat yang lebih tinggi lagi.
burung langit sejak dari tadi menyadari kehadiran si angin baru, lalu burung langit memohon temannya untuk berganti bersiul mengiringi tarian angin pantai. si angin baru pun menyapa burung langit dengan belaian sejuknya. "hai angin baru!", sapa burung langit. si angin baru mendesir menjawab sapa burung langit. "aku iri padamu wahai burung langit, karena kau bisa bebas terbang kemanapun kau mau, tak ada sesuatu pun yang kau khawatirkan karena alam menyediakan segala yang kau butuhkan", ucap si angin baru pada burung langit. dengan senyumnya burung langit balas mengucap, "ya, itu karena pencipta turut menjagaku dan aku berterima kasih atas segala hal tersebut, namun ada satu hal yang kau juga perlu sadari, wahai angin baru. sadarilah bahwa kau pun juga mempunyai hak yang tak jauh beda dengan diriku, kau pun bisa berhembus kemana kau suka, kau bebas pergi kemana kau mau dan satu hal yang pasti, semesta raya akan bersamamu selalu, jadi tak ada suatu hal pun yang menjadi halangan bagimu, segala penjuru mata angin akan dengan senang hati menyertaimu". "... aku tahu hingga saat ini kau merindu napas embusan pencipta, jika suatu hal tak kunjung menghampirimu, ada baiknya kau saja yang menjemput hal yang rindukan tersebut, wahai angin baru".
"ya, kau benar sekali burung langit, sahabatku. kau kembali menyadarkanku tentang hal ini. jika begitu adanya, aku tak akan menunggu dan berdiam saja, aku akan mejelajah ke segala mata angin. baiklah kiranya aku akan pergi ke selatan memulai penjelajahanku mencari napas embusan pencipta. ya!"
ps. ingin menembus hampa menuju selatan ...
foto: pantai paringtritis nampak dari beranda queen of the south beach hotel. tepi jogja, 2004
No comments:
Post a Comment