jarum jam menggelandang menyusur perputaran
bumi.
gelap merayap menggeser senja.
seperti biasanya sekelebat bayang manis
menggondeli otak ku yang beku sejak semua tak
seperti dulu lagi dan tak akan mungkin dan tak
akan pernah tak akan tak mungkin dan mungkin
tak akan menjadi seperti dulu lagi.
aaaaahhhhhhhh.....
ps. tx buat ara+kris yg selalu memancingku untuk tersenyum :)
Foto: Ara+Kris di depan rumah mbah kung, Sambirejo-Jawa Timur (2009)
Friday, October 16, 2009
Wednesday, June 17, 2009
am i a bird?
saat cacing tanah coklat memerah bekelejatan dalam himpitan paruhku -
nyam.. nyam.. tak perlu ku berpayah menguras keringat dan membanting tulang
atas nama segala puji - kupanjatkan syukur pada Gusti Pangeran yang berbaik
memedulikan segala yang kubutuhkan
perbukitan nan hijau sejuk dan cakrawala menjadi bagian dari diriku -
hinggap dari satu dahan ke dahan lain lelah tak terasa hanya senandung kicau menghiasi
tak ada yang kurang - tak ada yang lebih
ps. aku pengen makan kroto
foto: berhasil kujepret 'teman'ku di Bali Bird Park. dia nge-Punk bgt ya, liatin aja tuh rambutnya, hehe :D
nyam.. nyam.. tak perlu ku berpayah menguras keringat dan membanting tulang
atas nama segala puji - kupanjatkan syukur pada Gusti Pangeran yang berbaik
memedulikan segala yang kubutuhkan
perbukitan nan hijau sejuk dan cakrawala menjadi bagian dari diriku -
hinggap dari satu dahan ke dahan lain lelah tak terasa hanya senandung kicau menghiasi
tak ada yang kurang - tak ada yang lebih
ps. aku pengen makan kroto
foto: berhasil kujepret 'teman'ku di Bali Bird Park. dia nge-Punk bgt ya, liatin aja tuh rambutnya, hehe :D
Friday, June 5, 2009
merdeka atoe mati!
suatu ketika di kolong langit pukul 2 dini hari, dengan anggun kepulan asap hitam menari-nari mendekati diriku dan begitu saja tanpa membawa aroma apapun terus meliak-liuk dihadapanku. maka kunikmati saja dia terus menari. hawa dingin ikut menyegarkan suasana seakan mereka sudah janjian menghibur diriku yang terduduk di gelap malam itu. entah apa yang membawaku hingga aku ada di tempat itu, tempat di kolong langit beralaskan rerumputan diselimuti remang malam. semilir angin timur memandu tarian kepulan asap hitam itu,tarian yang membuat bulu kudukku berdiri namun manis terlihat. kukunci saja sasaran pandanganku dan mengikuti kepulan asap itu melesat kesana dan kemari. seketika ku berdiri dan kurasakan sentuhan kepulan asap hitam menyentuh lembut jemariku seakan mengajak aku berdansa bersamanya. semakin bersemangat angin timur memandu, dan semakin cepat ritme kami berdansa. dalam pelukan kepulan asap hitam semakin kutenggelam masuk ke dalam pesonanya. kunikmati suasana yang ada dan kutarik nafas panjang menjaring sebanyak mungkin oksigen. tanpa kuduga berbarengan dengan tarikan nafasku, kepulan asap hitam yang berdansa bersamaku itu ikut masuk menyusup rongga hidungku dan entah apa rencana kepulan asap hitam itu. uhukk.. hukk.. huk.. tersedak ku dibuatnya. dengan pandangan kosong.. akkhhh... biar saja, toh cuma asap yang sebentar saja ada lalu akan hilang dalam sekejap dengan sendirinya.
waktu berlalu dan setiap pergantian hari kusediakan waktu duduk di kolong langit pukul 2 dini hari, tetap menanti saat-saat kepulan asap hitam datang kembali mengajakku berdansa bersamanya.
hingga kehangatan mentari yang menyusup melewati jendela kamarku datang menampar wajahku dan memenggal mimpiku. suatu hari baru datang menyuguhi semangat dan harapan. hari baru yang kembali menajamkan tekadku untuk menikam dan mengakhiri 'rasa' yang bertahun-tahun mengendap dalam hatiku. 10 musim lalu yang telah kulewati hingga di musim kini aku berada, rasa itu terus saja melekat dalam hatiku. rasa yang sesungguhnya menyemangati hari. rasa yang membangkitkan gairah dan membuat ringan mengangkat beban hidup seberat apapun itu. rasa yang membawaku melayang hingga langit ke tujuh. rasa yang membuatku rela menyerahkan segala-galanya baik jiwa maupun raga.
tapi aarrgghhh... dasar kutu kupret! rasa itu mengelabuiku dan perlahan rasa itu mencoba membunuhku. ada bagian dari jiwaku yang tak terima ancaman itu. kalau memang rasa itu mau membunuhku baiklah terjadi pertempuran dahulu, biarlah sama-sama disaksikan siapa yang unggul. rasa itu yang membunuhku atau aku yang membunuh rasa itu. tak jarang rasa itu memborbardir serangannya, setiap hari, setiap waktu, setiap detik, di setiap hela nafasku itu terus saja rasa itu menyerang, aku pun mencoba semampuku membunuhnya. dan kini seluruh duniapun mengenalku sebagai seorang pembunuh yang belum pernah membunuh tapi tetap saja pembunuh yang akan membunuh. berulang-ulang kali aku melakukan serangan balasan, bak seorang prajurit yang merelakan dirinya berada di garis depan yang siap menikam semua lawan, namun masih saja aku gagal membunuhnya. hingga di suatu senja saat kuprkatikkan strategi baru, kubiarkan saja rasa itu tak henti-hentinya melancarkan agresi hingga berbulan-bulan lamanya, kuabaikan saja serangannya dan tak kuladeni. dan berhasil... rasa itu seketika lengah dan membeku, maka tanpa pikir panjang kutikam saja, kurobek-robek, kubanting dan kucincang lalu kubungkus dalam karung goni, kubawa terbang menembus lapisan langit dan menerobos cakrawala kemudian kulempar ke api abadi hingga dia berubah menjadi asap hitam yang mengepul di udara.
namun tanpa kuduga di hari setelah esok ketika aku santai bercengkrama dengan hembusan angin, rasa itu datang kembali memamerkan perilakunya dan menantangku. uggghhhhh.... samber geledek! sungguh menyebalkan hingga gemas aku dibuatnya dan ingin sekali mengkrikiti rel kereta sepanjang jakarta-jogja. oh, setan alas, aku mohon izinkan aku membunuhnya. please. seketika angin timur yang sudah sekian lama bersahabat denganku mengantarkan ke hadapanku secarik kertas buram dan mendarat di depan kakiku, kubaca pesan yang tertulis disitu, "sampai kapanpun kau tak akan mampu membunuhnya, karena rasa itu abadi dan akan tetap menempati ruang hatimu yang dalam". o .. m .. y .. g .. o .. d..!
note: merdeka atoe mati? aakkhh .. andai saja kau mengerti, dengan segenap hati kurelakan diriku menjadi budak cintamu dan kuserahkan nyawaku seutuhnya dan mati demi menyenangkan hatimu. (aku mungkin aku memang terlahir sebagai orang yang kalah, dan kuterima kekalahanku).
foto: monumen 1 maret, jogja, jawa tengah. (enaknya sore-sore jalan-jalan menyusuri malioboro hingga perempatan kantor pos pusat)
waktu berlalu dan setiap pergantian hari kusediakan waktu duduk di kolong langit pukul 2 dini hari, tetap menanti saat-saat kepulan asap hitam datang kembali mengajakku berdansa bersamanya.
hingga kehangatan mentari yang menyusup melewati jendela kamarku datang menampar wajahku dan memenggal mimpiku. suatu hari baru datang menyuguhi semangat dan harapan. hari baru yang kembali menajamkan tekadku untuk menikam dan mengakhiri 'rasa' yang bertahun-tahun mengendap dalam hatiku. 10 musim lalu yang telah kulewati hingga di musim kini aku berada, rasa itu terus saja melekat dalam hatiku. rasa yang sesungguhnya menyemangati hari. rasa yang membangkitkan gairah dan membuat ringan mengangkat beban hidup seberat apapun itu. rasa yang membawaku melayang hingga langit ke tujuh. rasa yang membuatku rela menyerahkan segala-galanya baik jiwa maupun raga.
tapi aarrgghhh... dasar kutu kupret! rasa itu mengelabuiku dan perlahan rasa itu mencoba membunuhku. ada bagian dari jiwaku yang tak terima ancaman itu. kalau memang rasa itu mau membunuhku baiklah terjadi pertempuran dahulu, biarlah sama-sama disaksikan siapa yang unggul. rasa itu yang membunuhku atau aku yang membunuh rasa itu. tak jarang rasa itu memborbardir serangannya, setiap hari, setiap waktu, setiap detik, di setiap hela nafasku itu terus saja rasa itu menyerang, aku pun mencoba semampuku membunuhnya. dan kini seluruh duniapun mengenalku sebagai seorang pembunuh yang belum pernah membunuh tapi tetap saja pembunuh yang akan membunuh. berulang-ulang kali aku melakukan serangan balasan, bak seorang prajurit yang merelakan dirinya berada di garis depan yang siap menikam semua lawan, namun masih saja aku gagal membunuhnya. hingga di suatu senja saat kuprkatikkan strategi baru, kubiarkan saja rasa itu tak henti-hentinya melancarkan agresi hingga berbulan-bulan lamanya, kuabaikan saja serangannya dan tak kuladeni. dan berhasil... rasa itu seketika lengah dan membeku, maka tanpa pikir panjang kutikam saja, kurobek-robek, kubanting dan kucincang lalu kubungkus dalam karung goni, kubawa terbang menembus lapisan langit dan menerobos cakrawala kemudian kulempar ke api abadi hingga dia berubah menjadi asap hitam yang mengepul di udara.
namun tanpa kuduga di hari setelah esok ketika aku santai bercengkrama dengan hembusan angin, rasa itu datang kembali memamerkan perilakunya dan menantangku. uggghhhhh.... samber geledek! sungguh menyebalkan hingga gemas aku dibuatnya dan ingin sekali mengkrikiti rel kereta sepanjang jakarta-jogja. oh, setan alas, aku mohon izinkan aku membunuhnya. please. seketika angin timur yang sudah sekian lama bersahabat denganku mengantarkan ke hadapanku secarik kertas buram dan mendarat di depan kakiku, kubaca pesan yang tertulis disitu, "sampai kapanpun kau tak akan mampu membunuhnya, karena rasa itu abadi dan akan tetap menempati ruang hatimu yang dalam". o .. m .. y .. g .. o .. d..!
note: merdeka atoe mati? aakkhh .. andai saja kau mengerti, dengan segenap hati kurelakan diriku menjadi budak cintamu dan kuserahkan nyawaku seutuhnya dan mati demi menyenangkan hatimu. (aku mungkin aku memang terlahir sebagai orang yang kalah, dan kuterima kekalahanku).
foto: monumen 1 maret, jogja, jawa tengah. (enaknya sore-sore jalan-jalan menyusuri malioboro hingga perempatan kantor pos pusat)
Wednesday, May 13, 2009
the dark side
saat kelam menjadi hari-hariku
kala suram menawarkan kepahitan
disitulah kusadari pendar berpaling dariku
kini malam dingin tak berkesudahan kujadikan tempat peraduan
kini sumpah serapah juga kutuk fasih terlontar, membuat lidah tak lagi kelu
hei kemunafikan dan ketololan mari bersama-sama busuk bersamaku
dan kita undang belatung berpesta dan bersenang-senang
ooohhh... terasa sudah pelita dalam kalbu meredup
biar segera ku songsong dan melebur ke dalam api abadi,
dimana terdapat ratapan dan kertakan gigi... biar mampus!
foto: aku parkir sepeda kumbang di sawah 5an kilometer dari rumah mbah kung. desa sambirejo, kediri, jawa timur
kala suram menawarkan kepahitan
disitulah kusadari pendar berpaling dariku
kini malam dingin tak berkesudahan kujadikan tempat peraduan
kini sumpah serapah juga kutuk fasih terlontar, membuat lidah tak lagi kelu
hei kemunafikan dan ketololan mari bersama-sama busuk bersamaku
dan kita undang belatung berpesta dan bersenang-senang
ooohhh... terasa sudah pelita dalam kalbu meredup
biar segera ku songsong dan melebur ke dalam api abadi,
dimana terdapat ratapan dan kertakan gigi... biar mampus!
foto: aku parkir sepeda kumbang di sawah 5an kilometer dari rumah mbah kung. desa sambirejo, kediri, jawa timur
Sunday, May 3, 2009
bingkai di tengah jalan
panjang yang telah ditempuh cukup membuat baju di badan basah kucuran peluh, dan lihat saja betis ini perlahan membengkak. kerikil tajam dan topan menerjang semakin menancapkan diri ke pusat misi. linangan air mata tak mengecutkan senyum, malah melancarkan kesadaran menertawakan diri sendiri.
segala bersepakat mengisi ruang dan waktu, sementara ada baiknya ku taruh saja kisahku pada bingkai di tengah jalan.
ps. masih belum sampai ujung tapi letih mengancam...
Foto: taman di seberang stasiun tawang, semarang, jawa tengah. "abis dari sini kita muter semarang lagi ya p'teguh, kamu belum capek nemenin aku kan?" :)
segala bersepakat mengisi ruang dan waktu, sementara ada baiknya ku taruh saja kisahku pada bingkai di tengah jalan.
ps. masih belum sampai ujung tapi letih mengancam...
Foto: taman di seberang stasiun tawang, semarang, jawa tengah. "abis dari sini kita muter semarang lagi ya p'teguh, kamu belum capek nemenin aku kan?" :)
Tuesday, April 28, 2009
penolakan
ketika tak tertahan lagi - pulsa sudah mengering terhisap ratusan pesan layanan singkat yang tak kunjung juga berbalas. kuartikan saja begini: " mau apa lagi ini perempuan, sukanya kok bikin-bikin soal yang gak jelas dan mencari-cari alasan yang bisa memancing masalah aja. gak penting banget. tak perlu aku merespon dan tak perlu aku minta maaf. biar saja dan kuanggap itu semua tak pernah ada. lagipula kau pun bukan perempuan gemulai bening bersahaja yang dapat mengimbangi isi kepalaku. kau perempuan yang jauh dari kecantikan bunga wangi dalam hamparan ladang. kau perempuan yang belum pernah sekalipun mencari dan menemukan sumur pengetahuan di tempat dimana hikmat dan pengalaman berada. maka buat apa aku laki-laki kere tampan mahatahu sepertiku, membuang pulsaku percuma dan menyia-nyiakan waktu untuk perempuan rese pengganggu menyebalkan seperti kamu?".
jika begitu adanya, baiklah. mungkin kau lupa bahwa sebatang coklat pernah datang menghampiri mejamu; gadis-gadis jinak merpati ramai mengerumunimu, meski demikian kecut pengecut dalam dirimu saja sulit kau jinakkan. mungkin kau lupa bahwa seorang dara manis menghinggapimu, menyentuh bibirmu dan menggandeng tanganmu, meski demikian dengan adanya racun mematikan yang tersembunyi dalam dirimu kau tetap tersenyum setiap saat.
ya.. mungkin kita berdua sama-sama benar. dan untuk menjaga dari hal-hal yang menyebabkan perbantahan, mari kita masing-masing melanjutkan hidup!
Foto: malioboro, jogja. waktu sesi hunting dalam seminar fotografi. aku dapet jam tangan euy, lumayan bgt lah... :D
jika begitu adanya, baiklah. mungkin kau lupa bahwa sebatang coklat pernah datang menghampiri mejamu; gadis-gadis jinak merpati ramai mengerumunimu, meski demikian kecut pengecut dalam dirimu saja sulit kau jinakkan. mungkin kau lupa bahwa seorang dara manis menghinggapimu, menyentuh bibirmu dan menggandeng tanganmu, meski demikian dengan adanya racun mematikan yang tersembunyi dalam dirimu kau tetap tersenyum setiap saat.
ya.. mungkin kita berdua sama-sama benar. dan untuk menjaga dari hal-hal yang menyebabkan perbantahan, mari kita masing-masing melanjutkan hidup!
Foto: malioboro, jogja. waktu sesi hunting dalam seminar fotografi. aku dapet jam tangan euy, lumayan bgt lah... :D
Thursday, April 23, 2009
bulp
di tengah kesabaran bersabar menyabari hati yang tidak sabar dengan setengah sadar, manusia setengah siang setengah malam menyalak-nyalak.. cepatlah kau mentari menguapkan kubangan air mata ini!
segeralah kau rembulan menyudahi mimpi buruk ini!
ps. ingin rasanya kutunggangi cahaya dengan kecepatan 299279.5 Km/det. whuuuzzzz....!!
Foto: ri, sekiloan lagi kita nyampe di tempat doa Ganjuran, Jawa Tengah.
segeralah kau rembulan menyudahi mimpi buruk ini!
ps. ingin rasanya kutunggangi cahaya dengan kecepatan 299279.5 Km/det. whuuuzzzz....!!
Foto: ri, sekiloan lagi kita nyampe di tempat doa Ganjuran, Jawa Tengah.
Thursday, April 16, 2009
memento mori!
dipertengahan bulan ke-4 tahun 2009 langit biru terhampar dengan sedikit awan berarak. mentari segar bersinar. namun di sela itu semua, rintikan air jatuh menyirami bumi. gerimis bersepakat membasahi tanah kering dan tak mau kalah bersaing dengan deraian air mata sekumpulan orang berpakaian hitam-hitam di pesisir pantai jawa bagian tengah itu. setelah 31 tahun, bayi putih menggemaskan yang berpose telanjang tengkurep di meja kecil itu kini memilih menjadi abu yang tersimpan dalam guci perak antik. seorang ibu tua nampak sembab dengan linangan air mata perlahan mengangkat guci perak itu dan membuka tutupnya kemudian meyebar abu dalam guci perak itu ke dalam pecahan ombak diantara gelombang air pantai yang bergemuruh. satu laki-laki tua di sebelah kiri ibu tua itu hanya terdiam sedikit terisak dan mengelap cairan yang keluar dari lubang hidungnya. wanita setengah baya yang menggandeng anak kecil berumur 6 tahun di sebelah kanan ibu tua itu nampak tenang dan raut senyum pasrah tergaris di wajahnya. berjejer juga 3 laki-laki lainnya yang menatap itu semua dengan kuat dan tabah memandang ombak yang datang bergulung-gulung sampai membasahi celana mereka. di belakang jejeran itu juga tampak beberapa manusia dengan wajah datar hadir menyaksikan kepergian abu di lepas pantai itu. tak banyak yang hadir, tak seramai resepsi pernikahan yang dibayangkan, sedikit memori yang terkenang, sangat banyak yang terlupakan.
berawal dari apa dan bagaimana, jelas yang terjadi memang serba mendadak. mendadak di tengah perjalanan saya memotret alam lukisan Pencipta, saya merasakan bumi berputar-putar. seketika tak kuasa tangan ini menggenggam alat potret yang tak sampai 1 kilo beratnya. lemas dan keringat dingin menjalar di tubuh saya. yang terasa hanya saya terantuk tanah berkerikil. mendadak pula saya berada di kamar yang serba putih. dinding bercat putih, ranjang dengan sprei putih selimut pun putih tanpa garisan hitam, meja berkayu putih dengan taplak rajutan putih berisi 3 buah jeruk dan 2 apel. lantai pun beralas keramik putih mengkilat. mendadak banyak orang berkerumun di sekitar saya, menanyakan kabar saya,menanayakan apa yang saya rasakan, menayakan apa yang telah saya alami hingga sampai seperti ini. mendadak bumi kembali berputar-putar mengocok isi perut saya hingga ingin muntah dibuatnya. mendadak saya berkelejatan. mendadak dokter berseragam putih memegang-megang saya. mendadak saya pun hilang kesadaran.
dalam kesadaran saya hilang kesadaran itu, saya melihat diri saya. saya yang masih kecil dalam gandengan tangan emak menarik saya dari gonggongan bulldog di tengah perjalanan mengantar saya ke kelas taman kanak-kanak. bermain dan becanda saling memukul dan berkejaran. sungguh kelas mungil yang menyenangkan. tak jauh dari kelas mungil itu, seketik asaya melihat diri saya berseragam merah putih berdiri di tengah lapangan dengan teriknya panas sambil menyanyikan lagu kebangsaan menatap bendera. sempat di usir keluar kelas karena tidak bisa menjawab pertanyaan dari guru, mendapat kado buku tulis dari teman, puas diberi uang saku 50 perak, senang dapat tahu isi gratis dari pelatihan dokter kecil, ikut jurit malam dan sempat dimarahin kakak pembina pramuka, masak sayur asam yang keaseman di kelas keterampilan, main lompat tali karet di lantai dua hingga sepatu saya terlepas dan terbang bebas ke lantai satu. di penghujung tahun ke enam pertama kalinya di gudang sebelah toilet sekolah itu mendengar cerita teman soal "masuk ke lubang", dengan otak yang setengah isi ini mencoba memahami maksudnya "lubang" itu apa? hanya berjalan kaki 10 menitan dari masa 6 tahun itu saya mendapati diri saya berdasi kupu-kupu warna biru juga dengan rok biru. rasanya tubuh kecil saya waktu itu habis termakan gak jelas di perjalanan sepanjang 1,5 jam-an dengan naik bis umum. karena waktu itu kediaman saya digusur dan saya harus menerima kenyataan dapat rumah yang lokasinya sangat jauh dari sekolah. di masa itu saya senang mempunyai banyak teman nakal dan aktif, namun saya hanya bisa diam tersenyum memandang mereka. di seragam selanjutnya dan waktu berikutnya, sekuel-sekuel yang saya lihat agak kabur gambarnya, sedikit terlihat saya melihat diri saya mencuri pandang ke arah cowok yang duduk di samping. agak blaur terlihat diri saya beramai-ramai maen ke berbagai pusat pertokoan, makan bareng di warung siap saji, beli pernak-pernik dan memburu baju diskonan. dengan gambar patah-patah sedikit hampir kabanyakan yang terlihat saya mendapati diri saya di jalanan, di rumah teman, di halte, di mall, ada beberapa adegan saya mendapati diri saya memakai rok beribadah. entah kenapa di masa itu saya mendapati diri saya tidak secara utuh.
katakanlah dunia berputar, waktu terus berlalu, roda menggelinding, musim silih berganti. di tengah kesadaran saya hilang kesadaran. saya loncat dari satu babak ke babak lain kehidupan diri saya yang pernah saya lewati. tangis, tawa, haru, sesal, sedih, lega, bangga,senang, sial, malu, ... kembali menyaksikan semua itu, dengan kepala setengah isi ini saya rasakan hanya kepedihan di tengah senyuman. rasanya ada sesuatu yang kurang yang seharusnya saya lakukan, rasanya ada bagian yang saya harus andil di dalamnya, hanya saja masih belum sempat. rasanya masih ada sesal yang harus direlakan. rasanya tak ingin ada yang terpendam. dengan begitu banyak rasa yang saya inginkan, hingga tak sempat lagi sang waktu menunggu. akhirnya di tengah kesadaran saya hilang kesadaran,saya merasakan wajah saya tertutup kain putih dan isak tangis sekeliling memecah sunyi. hingga di tengah kesadaran saya hilang kesadaran, saya merasakan panas api dan kering menyentuh tubuh saya dan meleburkan saya didalamnya.
sampai saat inilah di tengah kesadaran saya hilang kesadaran, saya terhempas dari guci perak dan melayang-layang bersama udara dan mengambang digelombang lautan dan ikut menguap kembali lagi bersatu bersama udara. terbang bebas sampai ke awan-awan dan menyapa langit, dan ingin duduk disebelah kanan-Nya. tapi tunggu... sungguh waktu yang saya lewati selama 31 tahun saya rasa masih belum. saya tak ingin semua cepat berlalu tanpa saya memetik hikmah dan menulari sesuatu yang positif di sekitar dan mengembalikan semua keberadaan diri saya dengan penuh ucapan syukur hanya untuk menyenangkan dan semakin dekat pada-Nya.
apakah disebut terlambat atau tidak; sesal kemudian atau tidak, nyata-nyata di warta gereja lokal tertulis berita lelayu; Rest In Pain (RIP) seorang perempuan 31 tahun merindu waktu; senin pahing 16 april 1978-kamis wage 16 april 2009.
ps. sugeng tanggap warsa for my self... betapa aku takut 'mati' dan ingin hidup 'sehat'.
berawal dari apa dan bagaimana, jelas yang terjadi memang serba mendadak. mendadak di tengah perjalanan saya memotret alam lukisan Pencipta, saya merasakan bumi berputar-putar. seketika tak kuasa tangan ini menggenggam alat potret yang tak sampai 1 kilo beratnya. lemas dan keringat dingin menjalar di tubuh saya. yang terasa hanya saya terantuk tanah berkerikil. mendadak pula saya berada di kamar yang serba putih. dinding bercat putih, ranjang dengan sprei putih selimut pun putih tanpa garisan hitam, meja berkayu putih dengan taplak rajutan putih berisi 3 buah jeruk dan 2 apel. lantai pun beralas keramik putih mengkilat. mendadak banyak orang berkerumun di sekitar saya, menanyakan kabar saya,menanayakan apa yang saya rasakan, menayakan apa yang telah saya alami hingga sampai seperti ini. mendadak bumi kembali berputar-putar mengocok isi perut saya hingga ingin muntah dibuatnya. mendadak saya berkelejatan. mendadak dokter berseragam putih memegang-megang saya. mendadak saya pun hilang kesadaran.
dalam kesadaran saya hilang kesadaran itu, saya melihat diri saya. saya yang masih kecil dalam gandengan tangan emak menarik saya dari gonggongan bulldog di tengah perjalanan mengantar saya ke kelas taman kanak-kanak. bermain dan becanda saling memukul dan berkejaran. sungguh kelas mungil yang menyenangkan. tak jauh dari kelas mungil itu, seketik asaya melihat diri saya berseragam merah putih berdiri di tengah lapangan dengan teriknya panas sambil menyanyikan lagu kebangsaan menatap bendera. sempat di usir keluar kelas karena tidak bisa menjawab pertanyaan dari guru, mendapat kado buku tulis dari teman, puas diberi uang saku 50 perak, senang dapat tahu isi gratis dari pelatihan dokter kecil, ikut jurit malam dan sempat dimarahin kakak pembina pramuka, masak sayur asam yang keaseman di kelas keterampilan, main lompat tali karet di lantai dua hingga sepatu saya terlepas dan terbang bebas ke lantai satu. di penghujung tahun ke enam pertama kalinya di gudang sebelah toilet sekolah itu mendengar cerita teman soal "masuk ke lubang", dengan otak yang setengah isi ini mencoba memahami maksudnya "lubang" itu apa? hanya berjalan kaki 10 menitan dari masa 6 tahun itu saya mendapati diri saya berdasi kupu-kupu warna biru juga dengan rok biru. rasanya tubuh kecil saya waktu itu habis termakan gak jelas di perjalanan sepanjang 1,5 jam-an dengan naik bis umum. karena waktu itu kediaman saya digusur dan saya harus menerima kenyataan dapat rumah yang lokasinya sangat jauh dari sekolah. di masa itu saya senang mempunyai banyak teman nakal dan aktif, namun saya hanya bisa diam tersenyum memandang mereka. di seragam selanjutnya dan waktu berikutnya, sekuel-sekuel yang saya lihat agak kabur gambarnya, sedikit terlihat saya melihat diri saya mencuri pandang ke arah cowok yang duduk di samping. agak blaur terlihat diri saya beramai-ramai maen ke berbagai pusat pertokoan, makan bareng di warung siap saji, beli pernak-pernik dan memburu baju diskonan. dengan gambar patah-patah sedikit hampir kabanyakan yang terlihat saya mendapati diri saya di jalanan, di rumah teman, di halte, di mall, ada beberapa adegan saya mendapati diri saya memakai rok beribadah. entah kenapa di masa itu saya mendapati diri saya tidak secara utuh.
katakanlah dunia berputar, waktu terus berlalu, roda menggelinding, musim silih berganti. di tengah kesadaran saya hilang kesadaran. saya loncat dari satu babak ke babak lain kehidupan diri saya yang pernah saya lewati. tangis, tawa, haru, sesal, sedih, lega, bangga,senang, sial, malu, ... kembali menyaksikan semua itu, dengan kepala setengah isi ini saya rasakan hanya kepedihan di tengah senyuman. rasanya ada sesuatu yang kurang yang seharusnya saya lakukan, rasanya ada bagian yang saya harus andil di dalamnya, hanya saja masih belum sempat. rasanya masih ada sesal yang harus direlakan. rasanya tak ingin ada yang terpendam. dengan begitu banyak rasa yang saya inginkan, hingga tak sempat lagi sang waktu menunggu. akhirnya di tengah kesadaran saya hilang kesadaran,saya merasakan wajah saya tertutup kain putih dan isak tangis sekeliling memecah sunyi. hingga di tengah kesadaran saya hilang kesadaran, saya merasakan panas api dan kering menyentuh tubuh saya dan meleburkan saya didalamnya.
sampai saat inilah di tengah kesadaran saya hilang kesadaran, saya terhempas dari guci perak dan melayang-layang bersama udara dan mengambang digelombang lautan dan ikut menguap kembali lagi bersatu bersama udara. terbang bebas sampai ke awan-awan dan menyapa langit, dan ingin duduk disebelah kanan-Nya. tapi tunggu... sungguh waktu yang saya lewati selama 31 tahun saya rasa masih belum. saya tak ingin semua cepat berlalu tanpa saya memetik hikmah dan menulari sesuatu yang positif di sekitar dan mengembalikan semua keberadaan diri saya dengan penuh ucapan syukur hanya untuk menyenangkan dan semakin dekat pada-Nya.
apakah disebut terlambat atau tidak; sesal kemudian atau tidak, nyata-nyata di warta gereja lokal tertulis berita lelayu; Rest In Pain (RIP) seorang perempuan 31 tahun merindu waktu; senin pahing 16 april 1978-kamis wage 16 april 2009.
ps. sugeng tanggap warsa for my self... betapa aku takut 'mati' dan ingin hidup 'sehat'.
Foto: mbak wiwit yang pake rok, mas inu yang meringis, mas dadang yang nyengir, dan si botak aku yang pose telanjang tengkurep. sorry yud lu gak ada, lu belum lahir siy...
Monday, April 13, 2009
X-code
Kali Code kang sumberé saka sikilé Gunung Merapi iki minangka salah siji kali kang duwé makna wigati tumrap para pedunung ing Propinsi Dhaérah Istiméwa Yogyakarta khususé dhaérah kang diliwati déning kali niki. Kanthi banyu kang asalé saka sawijining gunung kang isih aktif ing donya, banyuné dimanfaataké kanggo pangairan sawah ing Sleman , Bantul lan dipigunakaké minangka bahan baku banyu ngombé.
Kali kang mbelah kutha Yogyakarta dadi loro iki sacara historis didadèkaké dhasar kanggo ngadegé Karajaan Mataram ing Yogyakarta.
Amarga kali iki sumberé saka gunung geni kang isih aktif, kali iki kerep ngalami banjir lahar, utawa banjir kang diakibataké saka guguré utawa kèliné lahar adhem saka kawah Gunung Merapi, kang kèli déning udan. Kanggo ngantisipasi tekaning banjir lahar mau, pamaréntah kutha wis nggawé talud ing sadawaning pinggiran kali Code kang dumunung ana ing wewengkon Kutha Yogyakarta, lan kala-kala nganakaké pangerukan dhasar kali Code nganggo excavator. Ing pinggiré kali Code ana wangunan pamukiman kang dirancang déning budayawan YB Mangunwijaya, kang diarani Kampung Code. Kampung Code iki wis ngrengkuh pahargyan Aga Khan Award ing babagan arsitèktur.
sumber: copy-paste from wikipedia.
notes: bangunan putih di pojok kanan itu ... tempatku "pernah"
foto: kali code, Jogyakarta.
Kali kang mbelah kutha Yogyakarta dadi loro iki sacara historis didadèkaké dhasar kanggo ngadegé Karajaan Mataram ing Yogyakarta.
Amarga kali iki sumberé saka gunung geni kang isih aktif, kali iki kerep ngalami banjir lahar, utawa banjir kang diakibataké saka guguré utawa kèliné lahar adhem saka kawah Gunung Merapi, kang kèli déning udan. Kanggo ngantisipasi tekaning banjir lahar mau, pamaréntah kutha wis nggawé talud ing sadawaning pinggiran kali Code kang dumunung ana ing wewengkon Kutha Yogyakarta, lan kala-kala nganakaké pangerukan dhasar kali Code nganggo excavator. Ing pinggiré kali Code ana wangunan pamukiman kang dirancang déning budayawan YB Mangunwijaya, kang diarani Kampung Code. Kampung Code iki wis ngrengkuh pahargyan Aga Khan Award ing babagan arsitèktur.
sumber: copy-paste from wikipedia.
notes: bangunan putih di pojok kanan itu ... tempatku "pernah"
foto: kali code, Jogyakarta.
Wednesday, April 8, 2009
less of me ...
Yohanes 19:1-30
-Yesus dihukum mati-
Lalu Pilatus mengambil Yesus dan menyuruh orang menyesah Dia. Prajurit-prajurit menganyam sebuah mahkota duri dan menaruhnya di atas kepala-Nya. Mereka memakaikan Dia jubah ungu, dan sambil maju ke depan mereka berkata: "Salam, hai raja orang Yahudi!" Lalu mereka menampar muka-Nya.
Pilatus keluar lagi dan berkata kepada mereka: "Lihatlah, aku membawa Dia ke luar kepada kamu, supaya kamu tahu, bahwa aku tidak mendapati kesalahan apapun pada-Nya." Lalu Yesus keluar, bermahkota duri dan berjubah ungu. Maka kata Pilatus kepada mereka: "Lihatlah manusia itu!" Ketika imam-imam kepala dan penjaga-penjaga itu melihat Dia, berteriaklah mereka: "Salibkan Dia, salibkan Dia!" Kata Pilatus kepada mereka: "Ambil Dia dan salibkan Dia; sebab aku tidak mendapati kesalahan apapun pada-Nya." Jawab orang-orang Yahudi itu kepadanya: "Kami mempunyai hukum dan menurut hukum itu Ia harus mati, sebab Ia menganggap diri-Nya sebagai Anak Allah." Ketika Pilatus mendengar perkataan itu bertambah takutlah ia, lalu ia masuk pula ke dalam gedung pengadilan dan berkata kepada Yesus: "Dari manakah asal-Mu?" Tetapi Yesus tidak memberi jawab kepadanya. Maka kata Pilatus kepada-Nya: "Tidakkah Engkau mau bicara dengan aku? Tidakkah Engkau tahu, bahwa aku berkuasa untuk membebaskan Engkau, dan berkuasa juga untuk menyalibkan Engkau?"
Yesus menjawab: "Engkau tidak mempunyai kuasa apapun terhadap Aku, jikalau kuasa itu tidak diberikan kepadamu dari atas. Sebab itu: dia, yang menyerahkan Aku kepadamu, lebih besar dosanya." Sejak itu Pilatus berusaha untuk membebaskan Dia, tetapi orang-orang Yahudi berteriak: "Jikalau engkau membebaskan Dia, engkau bukanlah sahabat Kaisar. Setiap orang yang menganggap dirinya sebagai raja, ia melawan Kaisar." Ketika Pilatus mendengar perkataan itu, ia menyuruh membawa Yesus ke luar, dan ia duduk di kursi pengadilan, di tempat yang bernama Litostrotos, dalam bahasa Ibrani Gabata. Hari itu ialah hari persiapan Paskah, kira-kira jam dua belas.
Kata Pilatus kepada orang-orang Yahudi itu: "Inilah rajamu!" Maka berteriaklah mereka: "Enyahkan Dia! Enyahkan Dia! Salibkan Dia!" Kata Pilatus kepada mereka: "Haruskah aku menyalibkan rajamu?" Jawab imam-imam kepala: "Kami tidak mempunyai raja selain dari pada Kaisar!" Akhirnya Pilatus menyerahkan Yesus kepada mereka untuk disalibkan.
-Yesus disalibkan-
Mereka menerima Yesus. Sambil memikul salib-Nya Ia pergi ke luar ke tempat yang bernama Tempat Tengkorak, dalam bahasa Ibrani: Golgota. Dan di situ Ia disalibkan mereka dan bersama-sama dengan Dia disalibkan juga dua orang lain, sebelah-menyebelah, Yesus di tengah-tengah. Dan Pilatus menyuruh memasang juga tulisan di atas kayu salib itu, bunyinya: "Yesus, orang Nazaret, Raja orang Yahudi."
Banyak orang Yahudi yang membaca tulisan itu, sebab tempat di mana Yesus disalibkan letaknya dekat kota dan kata-kata itu tertulis dalam bahasa Ibrani, bahasa Latin dan bahasa Yunani.
Maka kata imam-imam kepala orang Yahudi kepada Pilatus: "Jangan engkau menulis: Raja orang Yahudi, tetapi bahwa Ia mengatakan: Aku adalah Raja orang Yahudi."Jawab Pilatus: "Apa yang kutulis, tetap tertulis."
Sesudah prajurit-prajurit itu menyalibkan Yesus, mereka mengambil pakaian-Nya lalu membaginya menjadi empat bagian untuk tiap-tiap prajurit satu bagian--dan jubah-Nya juga mereka ambil. Jubah itu tidak berjahit, dari atas ke bawah hanya satu tenunan saja.
Karena itu mereka berkata seorang kepada yang lain: "Janganlah kita membaginya menjadi beberapa potong, tetapi baiklah kita membuang undi untuk menentukan siapa yang mendapatnya." Demikianlah hendaknya supaya genaplah yang ada tertulis dalam Kitab Suci: "Mereka membagi-bagi pakaian-Ku di antara mereka dan mereka membuang undi atas jubah-Ku." Hal itu telah dilakukan prajurit-prajurit itu. Dan dekat salib Yesus berdiri ibu-Nya dan saudara ibu-Nya, Maria, isteri Klopas dan Maria Magdalena. Ketika Yesus melihat ibu-Nya dan murid yang dikasihi-Nya di sampingnya, berkatalah Ia kepada ibu-Nya: "Ibu, inilah, anakmu!"
Kemudian kata-Nya kepada murid-murid-Nya: "Inilah ibumu!" Dan sejak saat itu murid itu menerima dia di dalam rumahnya.
-Yesus mati-
Sesudah itu, karena Yesus tahu, bahwa segala sesuatu telah selesai, berkatalah Ia--supaya genaplah yang ada tertulis dalam Kitab Suci--:"Aku haus!"
Di situ ada suatu bekas penuh anggur asam. Maka mereka mencucukkan bunga karang, yang telah dicelupkan dalam anggur asam, pada sebatang hisop lalu mengunjukkannya ke mulut Yesus.
Sesudah Yesus meminum anggur asam itu, berkatalah Ia: "Sudah selesai." Lalu Ia menundukkan kepala-Nya dan menyerahkan nyawa-Nya.
ps. dgn kekuatan memori 256mb di otak ini ngeloading kalimat-kalimat di atas lama bgt. hmm... perlu nambah memori ato kayae otaknya yg perlu di upgrade... still processing ... 0,001% ...
Foto: 'si anak ilang' di bukit doa Kerep, Ambarawa, Jawa Tengah.
-Yesus dihukum mati-
Lalu Pilatus mengambil Yesus dan menyuruh orang menyesah Dia. Prajurit-prajurit menganyam sebuah mahkota duri dan menaruhnya di atas kepala-Nya. Mereka memakaikan Dia jubah ungu, dan sambil maju ke depan mereka berkata: "Salam, hai raja orang Yahudi!" Lalu mereka menampar muka-Nya.
Pilatus keluar lagi dan berkata kepada mereka: "Lihatlah, aku membawa Dia ke luar kepada kamu, supaya kamu tahu, bahwa aku tidak mendapati kesalahan apapun pada-Nya." Lalu Yesus keluar, bermahkota duri dan berjubah ungu. Maka kata Pilatus kepada mereka: "Lihatlah manusia itu!" Ketika imam-imam kepala dan penjaga-penjaga itu melihat Dia, berteriaklah mereka: "Salibkan Dia, salibkan Dia!" Kata Pilatus kepada mereka: "Ambil Dia dan salibkan Dia; sebab aku tidak mendapati kesalahan apapun pada-Nya." Jawab orang-orang Yahudi itu kepadanya: "Kami mempunyai hukum dan menurut hukum itu Ia harus mati, sebab Ia menganggap diri-Nya sebagai Anak Allah." Ketika Pilatus mendengar perkataan itu bertambah takutlah ia, lalu ia masuk pula ke dalam gedung pengadilan dan berkata kepada Yesus: "Dari manakah asal-Mu?" Tetapi Yesus tidak memberi jawab kepadanya. Maka kata Pilatus kepada-Nya: "Tidakkah Engkau mau bicara dengan aku? Tidakkah Engkau tahu, bahwa aku berkuasa untuk membebaskan Engkau, dan berkuasa juga untuk menyalibkan Engkau?"
Yesus menjawab: "Engkau tidak mempunyai kuasa apapun terhadap Aku, jikalau kuasa itu tidak diberikan kepadamu dari atas. Sebab itu: dia, yang menyerahkan Aku kepadamu, lebih besar dosanya." Sejak itu Pilatus berusaha untuk membebaskan Dia, tetapi orang-orang Yahudi berteriak: "Jikalau engkau membebaskan Dia, engkau bukanlah sahabat Kaisar. Setiap orang yang menganggap dirinya sebagai raja, ia melawan Kaisar." Ketika Pilatus mendengar perkataan itu, ia menyuruh membawa Yesus ke luar, dan ia duduk di kursi pengadilan, di tempat yang bernama Litostrotos, dalam bahasa Ibrani Gabata. Hari itu ialah hari persiapan Paskah, kira-kira jam dua belas.
Kata Pilatus kepada orang-orang Yahudi itu: "Inilah rajamu!" Maka berteriaklah mereka: "Enyahkan Dia! Enyahkan Dia! Salibkan Dia!" Kata Pilatus kepada mereka: "Haruskah aku menyalibkan rajamu?" Jawab imam-imam kepala: "Kami tidak mempunyai raja selain dari pada Kaisar!" Akhirnya Pilatus menyerahkan Yesus kepada mereka untuk disalibkan.
-Yesus disalibkan-
Mereka menerima Yesus. Sambil memikul salib-Nya Ia pergi ke luar ke tempat yang bernama Tempat Tengkorak, dalam bahasa Ibrani: Golgota. Dan di situ Ia disalibkan mereka dan bersama-sama dengan Dia disalibkan juga dua orang lain, sebelah-menyebelah, Yesus di tengah-tengah. Dan Pilatus menyuruh memasang juga tulisan di atas kayu salib itu, bunyinya: "Yesus, orang Nazaret, Raja orang Yahudi."
Banyak orang Yahudi yang membaca tulisan itu, sebab tempat di mana Yesus disalibkan letaknya dekat kota dan kata-kata itu tertulis dalam bahasa Ibrani, bahasa Latin dan bahasa Yunani.
Maka kata imam-imam kepala orang Yahudi kepada Pilatus: "Jangan engkau menulis: Raja orang Yahudi, tetapi bahwa Ia mengatakan: Aku adalah Raja orang Yahudi."Jawab Pilatus: "Apa yang kutulis, tetap tertulis."
Sesudah prajurit-prajurit itu menyalibkan Yesus, mereka mengambil pakaian-Nya lalu membaginya menjadi empat bagian untuk tiap-tiap prajurit satu bagian--dan jubah-Nya juga mereka ambil. Jubah itu tidak berjahit, dari atas ke bawah hanya satu tenunan saja.
Karena itu mereka berkata seorang kepada yang lain: "Janganlah kita membaginya menjadi beberapa potong, tetapi baiklah kita membuang undi untuk menentukan siapa yang mendapatnya." Demikianlah hendaknya supaya genaplah yang ada tertulis dalam Kitab Suci: "Mereka membagi-bagi pakaian-Ku di antara mereka dan mereka membuang undi atas jubah-Ku." Hal itu telah dilakukan prajurit-prajurit itu. Dan dekat salib Yesus berdiri ibu-Nya dan saudara ibu-Nya, Maria, isteri Klopas dan Maria Magdalena. Ketika Yesus melihat ibu-Nya dan murid yang dikasihi-Nya di sampingnya, berkatalah Ia kepada ibu-Nya: "Ibu, inilah, anakmu!"
Kemudian kata-Nya kepada murid-murid-Nya: "Inilah ibumu!" Dan sejak saat itu murid itu menerima dia di dalam rumahnya.
-Yesus mati-
Sesudah itu, karena Yesus tahu, bahwa segala sesuatu telah selesai, berkatalah Ia--supaya genaplah yang ada tertulis dalam Kitab Suci--:"Aku haus!"
Di situ ada suatu bekas penuh anggur asam. Maka mereka mencucukkan bunga karang, yang telah dicelupkan dalam anggur asam, pada sebatang hisop lalu mengunjukkannya ke mulut Yesus.
Sesudah Yesus meminum anggur asam itu, berkatalah Ia: "Sudah selesai." Lalu Ia menundukkan kepala-Nya dan menyerahkan nyawa-Nya.
ps. dgn kekuatan memori 256mb di otak ini ngeloading kalimat-kalimat di atas lama bgt. hmm... perlu nambah memori ato kayae otaknya yg perlu di upgrade... still processing ... 0,001% ...
Foto: 'si anak ilang' di bukit doa Kerep, Ambarawa, Jawa Tengah.
Tuesday, April 7, 2009
autumn leaves
'gak ngerti kok tau-tau jalan yang biasanya aku lewatin pulang, belarakan dedaunan. dedauan yang entah darimana datang bersama angin dan berjatuhan di sepanjang langkah kakiku. mendarat di bahuku, pula menyentuh pipi dan lanjut meluncur ke bawah. satu daun berhasil ku tangkap dan kubidik pandanganku padanya. ia kering namun tampak indah, warnanya menampakkan kematangan yang sempurna. mau apa gerangan dedaunan ini. apa yang akan ia buat setelah ini. apakah hanya menuruti rencana alam. atau mungkin ia berniat menjadi humus yang bisa membuat dirinya berguna. bisa jadi memang tak sanggup lagi mencengkram dahan. atau apalah itu ..
entahlah ... syaraf nalar ini telah menjegal firasat, hingga aku tak mengerti apa yang terjadi. dan mungkin memang juga sama sekali gak ada hubungannya sama aku.
aku hanya bisa menikmati Eva Cassidy bersenandung ...
"The falling leaves drift by my window
The falling leaves of red and gold
I see your lips, the summer kisses
The sunburned hands I used to hold
Since you went away the days grow long
And soon I'll hear old winter's song
But I miss you most of all, my darling
When autumn leaves start to fall
Since you went away the days grow long
And soon I'll hear old winter's song
But I miss you most of all, my darling
When autumn leaves start to fall
I miss you most of all, my darling
When autumn leaves start to fall"
Foto: sekitar Gunung Kelud, Jawa Timur. (hunting ama debbi, berangkat dari rumah mbah kung jam 3pagi. brrr.. dingin. tp keren!)
entahlah ... syaraf nalar ini telah menjegal firasat, hingga aku tak mengerti apa yang terjadi. dan mungkin memang juga sama sekali gak ada hubungannya sama aku.
aku hanya bisa menikmati Eva Cassidy bersenandung ...
"The falling leaves drift by my window
The falling leaves of red and gold
I see your lips, the summer kisses
The sunburned hands I used to hold
Since you went away the days grow long
And soon I'll hear old winter's song
But I miss you most of all, my darling
When autumn leaves start to fall
Since you went away the days grow long
And soon I'll hear old winter's song
But I miss you most of all, my darling
When autumn leaves start to fall
I miss you most of all, my darling
When autumn leaves start to fall"
Foto: sekitar Gunung Kelud, Jawa Timur. (hunting ama debbi, berangkat dari rumah mbah kung jam 3pagi. brrr.. dingin. tp keren!)
Monday, April 6, 2009
my hiding place
angin memberi kabar bahwa sejak minggu pagi yang tak berawan, gadis bertelanjang kaki keluar dari sarangnya dan langsung berlari menuju barat. gadis bertelanjang kaki berlari dan terus lari menghindari masa depan dan menolak masa lalunya.
tersengal-sengal nafasnya, dahaga mengeringkan kerongkongannya, dan keringatpun beramai-ramai keluar dari pori-pori kulitnya. panas menyengat dan matahari tak henti membanggakan suryanya. gadis bertelanjang kaki terus berlari. kerikil tajam dilindasnya tanpa segan. aspal panas kebagian juga merasakan kasar telapak gadis bertelanjang kaki.
"hei, mau kemana buru-buru?" tanya seorang laki yang kebetulan berpas-pasan dengan gadis betelanjang kaki.
"peduli amat, bukan urusanmu!" teriak gadis bertelanjang kaki sambil terus berlari. gadis bertelanjang kaki memperlambat ritmenya. gadis bertelanjang kaki menengok ke arah seorang tua yang memanggil dirinya, "nak, sini mampir dulu, aku buatkan es teh manis yang segar untuk pelepas dahaga sembari kita duduk-duduk dan ngobrol di teras. mari lekas singgah ke gubukku. tanpa pikir panjang gadis bertelanjang kaki menjawab, "aku tidak mau, bosan!" orang tua itu mencoba berlari semampunya mengejar gadis bertelanjang kaki, "oh nak,
kau harus mampir. aku mengkhawatirkanmu, aku tak ingin kau menyesal nantinya, nak... nak.. nak...!"
gadis bertelanjang kaki tak menghiraukan undangan orang tua itu, ia terus mengayunkan langkah kakinya. pohon rindangpun tak mampu lagi merayu gadis bertelanjang kaki agar singgah dinaungannya. dan memang tak bisa disalahkan juga bila setelah mendengar kabar angin itu kemudian pohon rindang kesal pada gadis betelanjang kaki yang ternyata sangat bodoh, selalu menolak, merasa kuat dengan kemampuannya sendiri. "terus saja kau lari, hai gadis bertelanjang kaki. terus lah lari sampai tak sudi lagi oksigen merasuki paru-parumu. terus saja kau lari sampai lecet dan robek telapakmu. biar sekalian darah yang keluar dari pori-porimu. hai gadis bertelanjang kaki, kau mungkin bisa terus berlari, namun kau tak bisa bersembunyi!".
"Ke mana aku dapat pergi menjauhi roh-Mu, ke mana aku dapat lari dari hadapan-Mu?"
Mzm. 139:7"
Foto: bangunan gereja di desa Planjan. Gunung Kidul. Jawa Tengah.
tersengal-sengal nafasnya, dahaga mengeringkan kerongkongannya, dan keringatpun beramai-ramai keluar dari pori-pori kulitnya. panas menyengat dan matahari tak henti membanggakan suryanya. gadis bertelanjang kaki terus berlari. kerikil tajam dilindasnya tanpa segan. aspal panas kebagian juga merasakan kasar telapak gadis bertelanjang kaki.
"hei, mau kemana buru-buru?" tanya seorang laki yang kebetulan berpas-pasan dengan gadis betelanjang kaki.
"peduli amat, bukan urusanmu!" teriak gadis bertelanjang kaki sambil terus berlari. gadis bertelanjang kaki memperlambat ritmenya. gadis bertelanjang kaki menengok ke arah seorang tua yang memanggil dirinya, "nak, sini mampir dulu, aku buatkan es teh manis yang segar untuk pelepas dahaga sembari kita duduk-duduk dan ngobrol di teras. mari lekas singgah ke gubukku. tanpa pikir panjang gadis bertelanjang kaki menjawab, "aku tidak mau, bosan!" orang tua itu mencoba berlari semampunya mengejar gadis bertelanjang kaki, "oh nak,
kau harus mampir. aku mengkhawatirkanmu, aku tak ingin kau menyesal nantinya, nak... nak.. nak...!"
gadis bertelanjang kaki tak menghiraukan undangan orang tua itu, ia terus mengayunkan langkah kakinya. pohon rindangpun tak mampu lagi merayu gadis bertelanjang kaki agar singgah dinaungannya. dan memang tak bisa disalahkan juga bila setelah mendengar kabar angin itu kemudian pohon rindang kesal pada gadis betelanjang kaki yang ternyata sangat bodoh, selalu menolak, merasa kuat dengan kemampuannya sendiri. "terus saja kau lari, hai gadis bertelanjang kaki. terus lah lari sampai tak sudi lagi oksigen merasuki paru-parumu. terus saja kau lari sampai lecet dan robek telapakmu. biar sekalian darah yang keluar dari pori-porimu. hai gadis bertelanjang kaki, kau mungkin bisa terus berlari, namun kau tak bisa bersembunyi!".
"Ke mana aku dapat pergi menjauhi roh-Mu, ke mana aku dapat lari dari hadapan-Mu?"
Mzm. 139:7"
Foto: bangunan gereja di desa Planjan. Gunung Kidul. Jawa Tengah.
Wednesday, April 1, 2009
orang hutan
karena tersedak di tengah mimpinya si orang terjaga dengan setengah terpejam, lalu memuaskan batuk-batuknya sambil meraba-raba mencari selimutnya yang tak lagi membalut tubuh keringnya. tangannya bekerja mencari ke arah kanan dan kiri tapi tidak ditemukan juga. terpaksa ia membuka kelopak mata untuk meyakinkan dirinya apakah selimut itu lenyap. dan seketika, tak hanya kelopak mata itu yang terbuka, malah ia terbelalak karena mendapati dirinya tak lagi di ranjang sprei lorengnya. terperanjat ia bangun, dan berdiri. lembab dan dingin ia rasakan, ternyata bongkahan kayu tua itu yang tadi menjadi penopang kepalanya, dan ternyata tumpukan dedaunan kering itu yang tadi menjadi pembaringannya.
dalam heran ia bertanya, "di mana ini?" ia bertanya lagi, "tempat apa ini?" kembali ia bertanya "bagaimana aku bisa ada di sini?" hanya selaput remang dan belaian angin yang menjawab semua pertanyaan si orang.
karena begitu, si orang kemudian hanya terdiam. duduk ia sambil menelan ludah. haus. lehernya berputar mencari air. si orang berdiri, berjalan mencoba berkenalan dengan sekitarnya.
entah pagi, entah siang, entah sore, entah malam. yang jelas saat itu hangat terasa, namun banyak asap semacam kabut melayang-layang, tak ada sinar yang menyeruak, tak ada suara jangkrik tapi kicauan para burung memecah sepi. indah sekali lagu yang mereka dendangkan. sebentar si orang menengadah ke atas. hanya dedaunan dan ranting menaungi. dalam benak si orang rindu ketemu cakrawala. beberapa lama dalam jalannya si orang mendapati aliran air. semeter di samping kanannya si orang meliat air luber dari dalam tanah dan ngalir ke sekitar. si orang mendekat. kemudian menjadikan ke dua telapak tangannya sebagai gayung menciduk luberan air itu.
setelah memuaskan dahaga, si orang kembali melanjutkan langkahnya. 'gak ngerti mau kemana. hanya mengikuti kaki membawa. untung saja lambung belum meronta minta jatah. tapi si orang sudah tahu mau dikasih apa lambung itu, karena sepanjang jalan banyak pohon yang memamerkan buah ranumnya. dan tanaman rambat pun menggoda minta dicabut.
mendadak si orang merasakan bulu kuduknya merinding dan takut mengikuti. si orang melihat ada satu sosok,
bukan seperti yang pernah ia tahu atau kenal sebelumnya. sosok yang aneh baginya. tapi sungguh nyata di hadapannya. "ting!" tiba-tiba sosok berkedip. sosok itu tidak tinggi juga tidak pendek, dia bulat, punya dua tangan dan sepasang kaki juga. hanya saja dia tidak punya badan, hanya bulat, bertangan dan berkaki. bulatan itu mempunyai bulatan lagi di tengah, dan ada semacam sinar menyejukkan terpancar dari bulatan bening itu. bulatan bening yang pusarannya bisa berputar ke mana dia mau. sosok itu seperti mata. ya. dan dia kembali mengerling.. tepat ke arah si orang. entah bagaimana, otomatis si orang pun juga mendekatinya. mereka pun berhadap-hadapan. matanya dan mata si orang beradu. si orang pun tersenyum disusul kerlingan sosok itu. "kau kunamakan third eye!" begitu kata si orang kepada sosok itu.
yahhh... dan kembali tersenyum si orang. merasa puas dan memiliki segalanya. aktifitas apapun bisa ia lakukan. bebas mau apa aja. ada burung yang bisa diajak ngobrol, semut dan serangga lain yang ngajak bercanda. makhluk omnivora teman bermain. karnivora yang menjagai. pun jika ada suatu hal yang menjadi ancaman, third eye ini siap menjamin kebaikan. semua terasa komplit dan sungguh amat baik adanya.
kelamaan si orang tak pusing-pusing lagi mikir apa jawaban dari semua tanyanya, karena si orang sudah merasa cukup.
karenanya si orang bahagia menjadi "orang hutan".
Foto: sekitar goa Seropan, Gunung Kidul, Jawa Tengah.
dalam heran ia bertanya, "di mana ini?" ia bertanya lagi, "tempat apa ini?" kembali ia bertanya "bagaimana aku bisa ada di sini?" hanya selaput remang dan belaian angin yang menjawab semua pertanyaan si orang.
karena begitu, si orang kemudian hanya terdiam. duduk ia sambil menelan ludah. haus. lehernya berputar mencari air. si orang berdiri, berjalan mencoba berkenalan dengan sekitarnya.
entah pagi, entah siang, entah sore, entah malam. yang jelas saat itu hangat terasa, namun banyak asap semacam kabut melayang-layang, tak ada sinar yang menyeruak, tak ada suara jangkrik tapi kicauan para burung memecah sepi. indah sekali lagu yang mereka dendangkan. sebentar si orang menengadah ke atas. hanya dedaunan dan ranting menaungi. dalam benak si orang rindu ketemu cakrawala. beberapa lama dalam jalannya si orang mendapati aliran air. semeter di samping kanannya si orang meliat air luber dari dalam tanah dan ngalir ke sekitar. si orang mendekat. kemudian menjadikan ke dua telapak tangannya sebagai gayung menciduk luberan air itu.
setelah memuaskan dahaga, si orang kembali melanjutkan langkahnya. 'gak ngerti mau kemana. hanya mengikuti kaki membawa. untung saja lambung belum meronta minta jatah. tapi si orang sudah tahu mau dikasih apa lambung itu, karena sepanjang jalan banyak pohon yang memamerkan buah ranumnya. dan tanaman rambat pun menggoda minta dicabut.
mendadak si orang merasakan bulu kuduknya merinding dan takut mengikuti. si orang melihat ada satu sosok,
bukan seperti yang pernah ia tahu atau kenal sebelumnya. sosok yang aneh baginya. tapi sungguh nyata di hadapannya. "ting!" tiba-tiba sosok berkedip. sosok itu tidak tinggi juga tidak pendek, dia bulat, punya dua tangan dan sepasang kaki juga. hanya saja dia tidak punya badan, hanya bulat, bertangan dan berkaki. bulatan itu mempunyai bulatan lagi di tengah, dan ada semacam sinar menyejukkan terpancar dari bulatan bening itu. bulatan bening yang pusarannya bisa berputar ke mana dia mau. sosok itu seperti mata. ya. dan dia kembali mengerling.. tepat ke arah si orang. entah bagaimana, otomatis si orang pun juga mendekatinya. mereka pun berhadap-hadapan. matanya dan mata si orang beradu. si orang pun tersenyum disusul kerlingan sosok itu. "kau kunamakan third eye!" begitu kata si orang kepada sosok itu.
yahhh... dan kembali tersenyum si orang. merasa puas dan memiliki segalanya. aktifitas apapun bisa ia lakukan. bebas mau apa aja. ada burung yang bisa diajak ngobrol, semut dan serangga lain yang ngajak bercanda. makhluk omnivora teman bermain. karnivora yang menjagai. pun jika ada suatu hal yang menjadi ancaman, third eye ini siap menjamin kebaikan. semua terasa komplit dan sungguh amat baik adanya.
kelamaan si orang tak pusing-pusing lagi mikir apa jawaban dari semua tanyanya, karena si orang sudah merasa cukup.
karenanya si orang bahagia menjadi "orang hutan".
Foto: sekitar goa Seropan, Gunung Kidul, Jawa Tengah.
Sunday, March 29, 2009
otakku miring
aku benci bila sentimental ini kambuh lagi...
sejak 3 bulan ini aku rasakan dunia ini miring. tidak seimbang. berat sebelah. berat oleh tekanan kenyataan yang tak bisa ditawar lagi. ya, kenyataan yang tak bisa ditawar bahwa dia memang tidak lagi disini. kenyataan yang menempeleng lamunku yang selama ini terus menerus mencari-cari keberadaan dia.
pantas saja 3 bulan terakhir hp ini tidak pernah menyalak. biasanya bila datang suatu pesan, hp butut ini menyalak minta diperhatikan.
pantas saja capcay favorit ku berasa hambar. pantas saja merkuri sepanjang 20 kilometer menuju rumahku padam. gelap. ternyata semua itu bersatu padu menjawab tanyaku selama ini. dia tidak lagi di sini ...
dia benar-benar telah pergi ... tanpa mengucapkan satu patah kata pun.
dia pergi ke tempat dia berpulang. ke tempat dia pernah menikmati masa kecilnya di sawah belakang rumah. ke tempat dia sempat-sempatnya menangisi kekasih hatinya.ke tempat dia menabur mimpi-mimpinya. ke tempat dia mengamini masa depannya.
jika memang begitu yang sudah digariskan, aku hanya mampu berkata, "selamat mewujudkan impian-impianmu, my dear be@st friend."
** tinggal aku sendiri yang tetap miring dan masih mencari keseimbangan **
Foto: pantai parangkusumo, Bantul, Jawa Tengah.
sejak 3 bulan ini aku rasakan dunia ini miring. tidak seimbang. berat sebelah. berat oleh tekanan kenyataan yang tak bisa ditawar lagi. ya, kenyataan yang tak bisa ditawar bahwa dia memang tidak lagi disini. kenyataan yang menempeleng lamunku yang selama ini terus menerus mencari-cari keberadaan dia.
pantas saja 3 bulan terakhir hp ini tidak pernah menyalak. biasanya bila datang suatu pesan, hp butut ini menyalak minta diperhatikan.
pantas saja capcay favorit ku berasa hambar. pantas saja merkuri sepanjang 20 kilometer menuju rumahku padam. gelap. ternyata semua itu bersatu padu menjawab tanyaku selama ini. dia tidak lagi di sini ...
dia benar-benar telah pergi ... tanpa mengucapkan satu patah kata pun.
dia pergi ke tempat dia berpulang. ke tempat dia pernah menikmati masa kecilnya di sawah belakang rumah. ke tempat dia sempat-sempatnya menangisi kekasih hatinya.ke tempat dia menabur mimpi-mimpinya. ke tempat dia mengamini masa depannya.
jika memang begitu yang sudah digariskan, aku hanya mampu berkata, "selamat mewujudkan impian-impianmu, my dear be@st friend."
** tinggal aku sendiri yang tetap miring dan masih mencari keseimbangan **
Foto: pantai parangkusumo, Bantul, Jawa Tengah.
Friday, March 27, 2009
berendam di Batur
seperti air begitulah hidupku mengalir. menjalani segala tanpa tekanan, just let it flow. mengakhiri bunga tidur di subuh hari. menjadi aset produksi hingga petang bahkan malam hari. dan kembali ke pembaringan dini hari. ya begitu, terus bergulir dari waktu ke waktu. jam, menit, detik terlewati sesuai ritme aliran air ciliwung yang membuat sesak tarikan nafas ini.
mengalir sih mengalir.. tapi nurani yang sedikit waras ini tak ingin hanya sekadar.
awas..! lihat saja nanti ya, ciliwung! aku gak sudi lagi mengalir di tubuhmu. aku akan menemukan aliran yang lain. walau yang kutemukan hanya parit kecil, tapi tak mengapa asal itu bening nan jernih.
ps. kalo hanya berendam di danau Batur Bali, asik juga kali ya :P
Foto: Danau Batur, Bali
mengalir sih mengalir.. tapi nurani yang sedikit waras ini tak ingin hanya sekadar.
awas..! lihat saja nanti ya, ciliwung! aku gak sudi lagi mengalir di tubuhmu. aku akan menemukan aliran yang lain. walau yang kutemukan hanya parit kecil, tapi tak mengapa asal itu bening nan jernih.
ps. kalo hanya berendam di danau Batur Bali, asik juga kali ya :P
Foto: Danau Batur, Bali
Tuesday, March 24, 2009
lawangsewu
samber geledek ... setan alas .. sungguh sial... bayangan itu terus mengikuti. tidakkah ia punya rumah sendiri? waktu aku tadi garuk-garuk bokongku, apakah ia sudah mengikuti juga? sejak kapan ia memata-mataiku? untung saja tidak ada suatu apapun yang berharga di diriku yang pantas dia rampok. "maaf saja bung, jika anda berniat merampok saya, maka saya ikut menyesal jika anda kecewa. karna tidak ada dalam saya yang cukup berharga untuk anda ambil. bahkan harga diri sekalipun." puas sekali rasanya bila kata-kata itu sungguh aku ucapkan pada bayangan itu. baiklah, tinggal aku tunggu saja dia menyergap, aku pun sudah membuat rencana matang untuk menyambut datangnya.
aku rasakan ringan sekali langkahku dengan segala ketidakpunyaan. tak ada impian muluk yang menyumbat otak kanan ini. aku sungguh bersyukur tidak pandai berhitung, maka aku tidak perlu pusing-pusing menghitung nominal di saku ini. aku pun sayang pada lambung ini, karena dia tidak rewel terus minta dijejali sembako. yah.. aku tak mau tertular dengan virus-virus duniawi. walau aku akui aku memang bergaul akrab dengan duniawi tapi sungguh ada suatu sisi jahat yang aku pun enggan mendekati.
aku mencintai kehampaan, aku jatuh cinta pada kekosongan. sepi dan dingin menjadi teman akrabku. sungguh menyenangkan. tapi entah kenapa setiap kali aku menghayati hal itu, terasa telinga ini perih seperti ada yang menjewer.
duh.. bayangan itu mendekat... ia besar.. hitam. pekat. semilir angin yang mengikuti bayangan itu membuat kuduk ku merinding. ia pun semakin dekat. sangat menyeramkan. ya dia mendekat, tambah dekat. ingin kaki ini mengambil langkah seribu. tapi seperti patung tubuh ini berdiri. meski tadi aku sudah mempersiapkan diri menyambut bayangan itu, tapi tetap takut ini tersenyum puas melihat wajah panikku.
toloooong.. dalam hati aku sekuat tenaga menjerit!
ah.. itu dia selangkah di depanku ada sebuah pintu. seakan-akan pintu itu tercipta dari getaran jerit suara hatiku. aku mau ke sana, aku mau mengetuk pintu itu. tapi, TIDAK..! berbarengan dengan ketukan pertama di pintu itu, aku sudah berada dalam dekapan bayang itu, ia menyumbat mulutku hingga tak sempat lagi ku ucapkan kata-kata yang tadi telah aku persiapkan.
hmmpffhhh......
I knocked on heaven's door but instead hell's gate opened up!
Foto: Lawang Sewu, Semarang, Jawa Tengah
aku rasakan ringan sekali langkahku dengan segala ketidakpunyaan. tak ada impian muluk yang menyumbat otak kanan ini. aku sungguh bersyukur tidak pandai berhitung, maka aku tidak perlu pusing-pusing menghitung nominal di saku ini. aku pun sayang pada lambung ini, karena dia tidak rewel terus minta dijejali sembako. yah.. aku tak mau tertular dengan virus-virus duniawi. walau aku akui aku memang bergaul akrab dengan duniawi tapi sungguh ada suatu sisi jahat yang aku pun enggan mendekati.
aku mencintai kehampaan, aku jatuh cinta pada kekosongan. sepi dan dingin menjadi teman akrabku. sungguh menyenangkan. tapi entah kenapa setiap kali aku menghayati hal itu, terasa telinga ini perih seperti ada yang menjewer.
duh.. bayangan itu mendekat... ia besar.. hitam. pekat. semilir angin yang mengikuti bayangan itu membuat kuduk ku merinding. ia pun semakin dekat. sangat menyeramkan. ya dia mendekat, tambah dekat. ingin kaki ini mengambil langkah seribu. tapi seperti patung tubuh ini berdiri. meski tadi aku sudah mempersiapkan diri menyambut bayangan itu, tapi tetap takut ini tersenyum puas melihat wajah panikku.
toloooong.. dalam hati aku sekuat tenaga menjerit!
ah.. itu dia selangkah di depanku ada sebuah pintu. seakan-akan pintu itu tercipta dari getaran jerit suara hatiku. aku mau ke sana, aku mau mengetuk pintu itu. tapi, TIDAK..! berbarengan dengan ketukan pertama di pintu itu, aku sudah berada dalam dekapan bayang itu, ia menyumbat mulutku hingga tak sempat lagi ku ucapkan kata-kata yang tadi telah aku persiapkan.
hmmpffhhh......
I knocked on heaven's door but instead hell's gate opened up!
Foto: Lawang Sewu, Semarang, Jawa Tengah
Wednesday, March 18, 2009
simbah
Tuesday, March 17, 2009
dapur impian
pagi menyapa menawarkan harapan, mentari menyentuh kehangatan. retno kecil bangun dari tidur dan bergegas ke kamar mandi luar, siap-siap 'tuk menimba ilmu di sekolah dasar. ibu telah selesai merebus air dan nggoreng ikan asin juga telor ceplok buat asupan hari baru mereka. bapak sedang di kandang sapi samping rumah menyuguhkan rumput hijau untuk sarapan kedua sapinya yang kuat dan bugar.
ya.. disinilah cabai dan brambang melebur, asap mengepul dari tanakan nasi, ikan asin meletus-letus dari jelantah panas, air sumur mendidih di tungku, kayu dan ranting membara alami memproses matang.
sungguh matang yang sempurna bagi retno, ibu dan bapak... ya, bagi keseharian mereka ...
ps. aku pun ingin ...
Foto: dapur ibunya retno, desa planjan, gunung kidul, jawa tengah.
ya.. disinilah cabai dan brambang melebur, asap mengepul dari tanakan nasi, ikan asin meletus-letus dari jelantah panas, air sumur mendidih di tungku, kayu dan ranting membara alami memproses matang.
sungguh matang yang sempurna bagi retno, ibu dan bapak... ya, bagi keseharian mereka ...
ps. aku pun ingin ...
Foto: dapur ibunya retno, desa planjan, gunung kidul, jawa tengah.
Wednesday, March 11, 2009
jadi gatal
Monday, March 9, 2009
bau ngangeni
sekali kuhirup bau itu. bau itu ... ruang sempit dengan satu sofa dan diremangi 5 watt yang berpijar. bau itu ... jejeran gelas plastik dan setoples gula pasir yang dirubungi semut. bau itu ... kemeja hitam dan merah, jaket hitam, dan satu jeans biru yang menggantung di cantelan pintu kamar. bau itu ... berputar dan menari-nari genit di udara. sekali lagi kurasakan bau itu, breath in, breath out ... breath in, breath out, ... breath in, breath out ... semakin kupercepat tempo tarikan dan hembusan nafasku ini.
ada yang teringat, ya ... bau itu. bau apek yang ngangeni ...
ku lanjutkan langkah ke lantai 3, ruang biasa dengan 2 kamar tidur dan sisa ruang kosong. kembali bau itu terasa .... mengapa bau itu mengikutiku, ataukah bau itu memang ada dimana-mana. selalu ada di setiap tempat yang aku datangi?
sungguh bau itu, dia nyata. memang kasat mata namun nyata sosoknya hadir dan menyentuh pundakku. kutengok ke belakang. namun hanya dinding putih yang menyapa datar. tapi tetap sentuhan itu menempel di
pundakku.
sniff.. sniff... sungguh sial hidung ini. penciuman ini. bau ini tanpa tengok kiri kanan, nyelonong masuk otakku dan mendongkrak ingatanku, menguak kenanganku akan suatu hal yang telah lama ku kubur.
harapku biarlah ada angin barat berhembus memenuhi seluruh ruang. mendatangkan aroma baru yang kan memberi kesejukan ...
Foto: bunga liar di bukit doa Kerep, Ambarawa, Jawa Tengah.
ada yang teringat, ya ... bau itu. bau apek yang ngangeni ...
ku lanjutkan langkah ke lantai 3, ruang biasa dengan 2 kamar tidur dan sisa ruang kosong. kembali bau itu terasa .... mengapa bau itu mengikutiku, ataukah bau itu memang ada dimana-mana. selalu ada di setiap tempat yang aku datangi?
sungguh bau itu, dia nyata. memang kasat mata namun nyata sosoknya hadir dan menyentuh pundakku. kutengok ke belakang. namun hanya dinding putih yang menyapa datar. tapi tetap sentuhan itu menempel di
pundakku.
sniff.. sniff... sungguh sial hidung ini. penciuman ini. bau ini tanpa tengok kiri kanan, nyelonong masuk otakku dan mendongkrak ingatanku, menguak kenanganku akan suatu hal yang telah lama ku kubur.
harapku biarlah ada angin barat berhembus memenuhi seluruh ruang. mendatangkan aroma baru yang kan memberi kesejukan ...
Foto: bunga liar di bukit doa Kerep, Ambarawa, Jawa Tengah.
Friday, March 6, 2009
my view
aku hanya ingin menulis ini untuk ditujukan pada diriku aja. aku hanya ingin ngomong ama diriku. tapi supaya aku berasa lebih enak ngobrol dengan diriku sendiri ini, aku akan mengandaikan diriku sendiri sebagai kau. untuk diketahui kau adalah aku sendiri . jadi di sini kau sedang berbicara dengan diri sendiri. diri sendiri tetap aja menjadi diri sendiri, karna posisi diri sendiri hanya sebagai pendengar aja, yang bisa diajak omong, diajak dengerin curhatan. tapi emang gak nutup kemungkinan diri sendiri yang akan memulai pembicaraan, memberi komentar atau menanyakan sesuatu kepada kau, yang harus diingat bahwa kau adalah diri sendiri. jadi ok lah ya. di sini posisinya aku sendiri berbicara dengan diri sendiri, tapi kata ganti aku sendiri diganti dengan kau dan perlu ditegaskan lagi bahwa kau adalah aku, aku sendiri yang sedang bicara dengan diri sendiri. sebenere gak apa-apa kan aku pinjam kata ganti kau sebagai gantinya aku? abisnya kalo pake aku berasa kaya orang gila aja yang omong dengan dengkulnya sendiri. jadi maksudnya gak enak aja, gak gayeng walaupun emang gak bisa dipastiin kalo emang pembicaraannya garing ... tapi beneran garing deh nih. auk ah...!
... hmm.. dipikir-pikir ya ... kadang sulit juga ya berdialog dengan diri sendiri. coba aja kau tanya ama diri sendiri. cita-cita kalo udah "gede" apa? mau nikah umur berapa? eh, mau nikah ato gak ya!? 2taunan dah bisa
beli rumah kah? sukses itu jenis makanan apa sih, tetangga sebelah beli dimana ya?
ato ada kalanya juga rada-rada aneh dialog dengan diri sendiri, kadang bingung juga apa maunya. waktu kegerahan dan gak bisa tidur trus ngedumel, coba tuk pake kipas angin, trus pagi-paginya mules-mules karna masuk angin karna masuk angin, trus nyesel. gini salah gitu salah. apa sih maunya. suka setengah mampus ngejar-ngejar si A, tapi si A malah ngejar-ngejar si B. Padahal si B dah dapet si D. si D pun dah memiliki si B. tapi tetep aja si A gak mau nyadar. trus tetep aja masih ngejar-ngejar. saling kejar dan bekejaran. lari terus... gak pernah ketangkep trus yang ada capek deh. trus sedih deh ... aneh kan!
pernah... duduk-duduk aja di bawah pohon, cari tempat dan suasana adem buat pdkt dengan diri sendiri. berdamai dengan diri sendiri. menaklukkan diri sendiri. coba mengingkari diri ...
seketika angkot lewat di jalan seberang, kau pun terlambat menyetopnya, dan angkotpun mendahuluimu. tapi jelas kau baca di kaca belakang angkot itu ... "Jesus luv u"
ps. tx ya, J :)
Foto: sekitar gunung Kelud, Jawa Timur.
... hmm.. dipikir-pikir ya ... kadang sulit juga ya berdialog dengan diri sendiri. coba aja kau tanya ama diri sendiri. cita-cita kalo udah "gede" apa? mau nikah umur berapa? eh, mau nikah ato gak ya!? 2taunan dah bisa
beli rumah kah? sukses itu jenis makanan apa sih, tetangga sebelah beli dimana ya?
ato ada kalanya juga rada-rada aneh dialog dengan diri sendiri, kadang bingung juga apa maunya. waktu kegerahan dan gak bisa tidur trus ngedumel, coba tuk pake kipas angin, trus pagi-paginya mules-mules karna masuk angin karna masuk angin, trus nyesel. gini salah gitu salah. apa sih maunya. suka setengah mampus ngejar-ngejar si A, tapi si A malah ngejar-ngejar si B. Padahal si B dah dapet si D. si D pun dah memiliki si B. tapi tetep aja si A gak mau nyadar. trus tetep aja masih ngejar-ngejar. saling kejar dan bekejaran. lari terus... gak pernah ketangkep trus yang ada capek deh. trus sedih deh ... aneh kan!
pernah... duduk-duduk aja di bawah pohon, cari tempat dan suasana adem buat pdkt dengan diri sendiri. berdamai dengan diri sendiri. menaklukkan diri sendiri. coba mengingkari diri ...
seketika angkot lewat di jalan seberang, kau pun terlambat menyetopnya, dan angkotpun mendahuluimu. tapi jelas kau baca di kaca belakang angkot itu ... "Jesus luv u"
ps. tx ya, J :)
Foto: sekitar gunung Kelud, Jawa Timur.
Thursday, March 5, 2009
(sok) pahlawan
hei teman, mari izinkan ku menopangmu dalam lelahmu
hei teman, ini kuberikan senyum tuk kobaran semangatmu
hei kawan, segera tumpahkan unegmu di hadapanku
hei kawan, ayo ledakkan amarahmu dalam sunyiku
hei sahabat, tak ragu ku tempuh terjal panjang berliku tuk menemanimu
hei sahabat, sampai perih lutut ini tak henti bersujud menaikkan yang terbaik 'tuk bahagiamu
hei ... sungguh ku ukir namamu di hatiku dan kupersembahkan untukmu
ps. ada lagi yang kurang gak, say?
Foto: Taman Sagan, Jogjakarta.
hei teman, ini kuberikan senyum tuk kobaran semangatmu
hei kawan, segera tumpahkan unegmu di hadapanku
hei kawan, ayo ledakkan amarahmu dalam sunyiku
hei sahabat, tak ragu ku tempuh terjal panjang berliku tuk menemanimu
hei sahabat, sampai perih lutut ini tak henti bersujud menaikkan yang terbaik 'tuk bahagiamu
hei ... sungguh ku ukir namamu di hatiku dan kupersembahkan untukmu
ps. ada lagi yang kurang gak, say?
Foto: Taman Sagan, Jogjakarta.
Sunday, March 1, 2009
kehangatan
remang menyelimuti persimpangan tempat kau berdiri. lalu jongkok. duduk. dan menarik nafas panjang. kau melirik arah jarum jam yang ada di pergelangan kirimu. pukul 23.13. angin dingin menggodamu dan kaupun menutup restleting jaket birumu. hmm.. mungkin ada baiknya kau setel radio yang ada di hp cdma mu, lantunan "Malaikat Juga Tahu" datang menemanimu -- tx Dewi Dee Lestari --
***Lelahmu jadi lelahku juga
Bahagiamu bahagiaku juga
Berbagi takdir kita selalu
Kecuali tiap kau jatuh hati
Kali ini hampir habis dayaku
Membuktikan padamu ada cinta yang nyata
Setia hadir setiap hari
Tak tega biarkan kau sendiri
Meski seringkali kau malah asyik sendiri
Karena kau tak lihat terkadang malaikat
Tak bersayap tak cemerlang tak rupawan
Namun kasih ini silakan kau adu
Malaikat juga tahu siapa yang jadi juaranya
Hampamu tak kan hilang semalam
Oleh pacar impian
Tetapi kesempatan untukku yang mungkin tak sempurna
Tapi siap untuk diuji
Kupercaya diri
Cintaku yang sejati
Namun tak kau lihat terkadang malaikat
Tak bersayap tak cemerlang tak rupawan
Namun kasih ini silakan kau adu
Malaikat juga tahu siapa yang jadi juaranya
Kau selalu meminta terus kutemani
Engkau selalu bercanda andai wajahku diganti
Relakan ku pergi
Karna tak sanggup sendiri
Namun tak kau lihat terkadang malaikat
Tak bersayap tak cemerlang tak rupawan
Namun kasih ini silakan kau adu
Malaikat juga tahu Aku kan jadi juaranya ***
dalam pejaman mata kau mencoba mengingat. mengingat pada apa yang mengantarmu ke persimpangan ini. kau hanya merasa tiba-tiba berada di persimpangan ini. mungkinkah yang bersayap mengajakmu terbang dan
mendaratkanmu di persimpangan ini? mungkinkah gumpalan awan membalutmu dan melayang hingga menjatuhkan dirimu di persimpangan ini?
segal hal coba kau dekatkan pada sebuah kemungkinan. namun segal hal tampak buram dan yang ada hanyalah sekelebat wajah laki-laki dengan sapa hangatnya mengulurkan tangan kanannya ke arahmu. dan entah apa dan bagaimana kejadian selanjutnya kau tak ingat. saat ini kau hanya tak kuasa menolak kenyataan bahwa kau benar-benar ada di persimpangan ini. kau coba santai dan menikmati suasana sembari memejamkan mata kau mengejar lagi sosok laki-laki dengan sapa hangat itu.
kau inginkan dia nyata. kau inginkan dia hadir. tapi. datar. yang kau temukan hanya bidang datar.
lantunan lagu berganti, kali ini "Musnah Tinggal Debu" giliran membuai dirimu -- tx NAIF --
***Hei kawan apalah gunanya engkau sedih begitu
Kau tak tahu dari dulu
Ia slalu menunggu
Tak sadarkah kau bila ia sangat menginginkanmu
Slalu ada disisimu hingga kau pun berlalu
Pikirkanlah kawanku
Jangan kau buang waktu
Jangan kau pernah tanya siapa yang patut kau cintai
Karna kau takkan pungkiri semua semua ingin kau miliki
Tak sadarkah kau bila ia sangat mencintaimu
Slalu ada disampingmu hingga kau pun berlalu
Pikirkanlah kawanku
Jangan kau buang waktu
Kini ia tiada
Dan engkau pun merana
Sesal tiada artinya
Hancurlah hatimu
Musnah tinggal debu
Engkau pun tiada berdaya ***
uugghh ...
apa yang kau lakukan di tempat ini? apa yang kau nanti, apa yang kau tunggu ... bisikan lembut itu menyelusup benakmu. adakah yang kau nanti, adakah yang kau tunggu ... semakin jelas bisikan lembut itu kembali.
" ..."
... akankah selamanya kau terus menunggu membuktikan hangatnya sapa sosok laki-laki itu. akankah kau bangkit dan belok kiri di persimpangan itu ...
yang jelas sebelum pukul 00.00 kau harus beranjak menentukan pilihan ... kalau tidak ...
ps. aku memilih menikmati hangatnya lahar merapi
Foto: Gunung Merapi, 2006 dilihat dari 'puncak Gloria', jogjakarta-jawa tengah
***Lelahmu jadi lelahku juga
Bahagiamu bahagiaku juga
Berbagi takdir kita selalu
Kecuali tiap kau jatuh hati
Kali ini hampir habis dayaku
Membuktikan padamu ada cinta yang nyata
Setia hadir setiap hari
Tak tega biarkan kau sendiri
Meski seringkali kau malah asyik sendiri
Karena kau tak lihat terkadang malaikat
Tak bersayap tak cemerlang tak rupawan
Namun kasih ini silakan kau adu
Malaikat juga tahu siapa yang jadi juaranya
Hampamu tak kan hilang semalam
Oleh pacar impian
Tetapi kesempatan untukku yang mungkin tak sempurna
Tapi siap untuk diuji
Kupercaya diri
Cintaku yang sejati
Namun tak kau lihat terkadang malaikat
Tak bersayap tak cemerlang tak rupawan
Namun kasih ini silakan kau adu
Malaikat juga tahu siapa yang jadi juaranya
Kau selalu meminta terus kutemani
Engkau selalu bercanda andai wajahku diganti
Relakan ku pergi
Karna tak sanggup sendiri
Namun tak kau lihat terkadang malaikat
Tak bersayap tak cemerlang tak rupawan
Namun kasih ini silakan kau adu
Malaikat juga tahu Aku kan jadi juaranya ***
dalam pejaman mata kau mencoba mengingat. mengingat pada apa yang mengantarmu ke persimpangan ini. kau hanya merasa tiba-tiba berada di persimpangan ini. mungkinkah yang bersayap mengajakmu terbang dan
mendaratkanmu di persimpangan ini? mungkinkah gumpalan awan membalutmu dan melayang hingga menjatuhkan dirimu di persimpangan ini?
segal hal coba kau dekatkan pada sebuah kemungkinan. namun segal hal tampak buram dan yang ada hanyalah sekelebat wajah laki-laki dengan sapa hangatnya mengulurkan tangan kanannya ke arahmu. dan entah apa dan bagaimana kejadian selanjutnya kau tak ingat. saat ini kau hanya tak kuasa menolak kenyataan bahwa kau benar-benar ada di persimpangan ini. kau coba santai dan menikmati suasana sembari memejamkan mata kau mengejar lagi sosok laki-laki dengan sapa hangat itu.
kau inginkan dia nyata. kau inginkan dia hadir. tapi. datar. yang kau temukan hanya bidang datar.
lantunan lagu berganti, kali ini "Musnah Tinggal Debu" giliran membuai dirimu -- tx NAIF --
***Hei kawan apalah gunanya engkau sedih begitu
Kau tak tahu dari dulu
Ia slalu menunggu
Tak sadarkah kau bila ia sangat menginginkanmu
Slalu ada disisimu hingga kau pun berlalu
Pikirkanlah kawanku
Jangan kau buang waktu
Jangan kau pernah tanya siapa yang patut kau cintai
Karna kau takkan pungkiri semua semua ingin kau miliki
Tak sadarkah kau bila ia sangat mencintaimu
Slalu ada disampingmu hingga kau pun berlalu
Pikirkanlah kawanku
Jangan kau buang waktu
Kini ia tiada
Dan engkau pun merana
Sesal tiada artinya
Hancurlah hatimu
Musnah tinggal debu
Engkau pun tiada berdaya ***
uugghh ...
apa yang kau lakukan di tempat ini? apa yang kau nanti, apa yang kau tunggu ... bisikan lembut itu menyelusup benakmu. adakah yang kau nanti, adakah yang kau tunggu ... semakin jelas bisikan lembut itu kembali.
" ..."
... akankah selamanya kau terus menunggu membuktikan hangatnya sapa sosok laki-laki itu. akankah kau bangkit dan belok kiri di persimpangan itu ...
yang jelas sebelum pukul 00.00 kau harus beranjak menentukan pilihan ... kalau tidak ...
ps. aku memilih menikmati hangatnya lahar merapi
Foto: Gunung Merapi, 2006 dilihat dari 'puncak Gloria', jogjakarta-jawa tengah
Wednesday, February 25, 2009
ara capek disuruh pose terus
memang ada yang aneh. terasa ada yang menikam hati ini. tidak hanya second opinion juga third, fourth, fifth, sixth, and much more opinion mendiagnosa bahwa memang ada yang aneh. ada yang lain. yang beda. yang tak biasa dari yang lain. yang menyebab sakit ini. pantaslah akal dan pikiran lelah menetralisirnya.
... kain lembut dan tebal bergaris itu masih membalut, diluar bunyi gerimis sayup terdengar dan udaranya berhembus menyusup dan mengacaukan kehangatan. kembali kau meringkuk mencoba merebut kembali kehangatanmu. jam 6an pagi. masih. ahh.. masih jam segitu.santai saja karna ini hari sabtu. kau kembali memeluk kapuk kesayanganmu. kau pejamkan mata, coba melanjutkan mimpi...
sepoi membelai rambutmu, kesegaran menyapa wajahmu. penuh tanya kau lihat di kejauhan pantai ... lelaki sendiri menyisiri tepi, sesekali berhenti dan memandang hamparan lautan. berlari ia mengejar ombak, bermain dengan alam yang setia menemaninya. Kerang yang kecil itu dipungutnya dari balik ombak, warnanya yang manis menggoda hati 'tuk segera memasukkannya dalam saku. dalam hatinya mungkin kerang itu akan ia bersihkan dan ia taruh di atas monitor. ya monitor yang sudah menua itu tak bosan-bosannya menghirup asap dari kepulan rokok yang dihisap lelaki itu setiap malam. bahkan sampai larut malam.
masih di tepi, lelaki sendiri terdiam entah kemana ia melayangkan matanya tapi yang jelas terlihat ia menengadahkan kepala sambil mengangkat kedua tangannya diiringi teriakan menggelegar yang menyembur keluar dengan sebebasnya dari dalam ruang hati yang selama ini terpendam. Berulang jeritan dari dalam hati itu menyembur, muncrat, lepas selepasnya mengisi udara dan kemudian terbang kemana suka angin pantai membawa. dan tersungkur ia di pasir putih, memejamkan mata ... dalam benaknya ia berlari mengejar masa lalu yang seperti surga baginya. tak peduli dimana ia saat ini, ia hanya trus menangkap masa lalu dan memeluk erat di dadanya.
dengan bermandi siraman cahaya surya lelaki sendiri menatap bulatan nan keemasan itu dan tak sedetikpun berkedip mengawasi kepergian sang surya yang perlahan ditelan awan. tak lupa lelaki sendiri menitipkan pesan pada sang surya agar menyampaikan salam pada seorang dara yang sangat ia rindukan, harapnya kehangatan surya esok hari kan kembali menghangatkan dara itu seperti yang biasa dara merasakan hangatnya pelukan lelaki sendiri.
hmmphff....
gelap perlahan menjalar bersama angin dingin menusuk persendian. seakan hamparan pasir putih itu ranjang yang empuk nyaman maka lelaki sendiri membaringkan tubuhnya, mengerling membalas kerlipan bintang yang mulai tebar pesona di hadapan lelaki sendiri.
aahh... kiranya apalagi yang ada dalam benak lelaki sendiri? dan kau melihat ...
lelaki sendiri masih tersenyum melihat para bintang yang bersaing mempersembahkan kerlipan terbaik teruntuk si lelaki sendiri. sambil menunjukkan ke atas mengarah ke banyaknya bintang-bintang di atas, lelaki sendiri memilih satu bintang yang lebih kecil dari lainnya, ia berbisik, "hai kamu yang kecil izinkan ku memetik mu. aku mengagumi sinarmu yang bening murni menerangi bumi. kan ku simpan kau dalam ciptaku agar senantiasa ku tularkan cahayamu pada tempat dimanapun ku berpijak. dan kuharap pun rasa dan karsa ku turut menyerap energi cahayamu".
sapuan angin mendaratkan butiranbutiran pasir di pinggir bibir lelaki sendiri. malah dijilatnya dengan lidah lembutnya dan dinikmati rasa asinnya. lelaki sendiri sambil menaikkan harap rasa asin menggarami kisah hidupnya agar tak lagi hambar.
semesta penuh kasih mendekap lelaki sendiri, membisikkan sesuatu yang hanya bisa dimengerti batin lelaki sendiri. rahasia. lama kemudian, lelaki sendiri bangkit dari pembaringan dan berdiri, diam sejenak menghela nafasnya dan kemudian mengayunkan kakinya ....
berjuta keinginan mendesakmu tuk segera menghampiri lelaki sendiri, kau pun memanggilnya berseru padanya dengan mengerahkan seluruh energi yang kau punya ... namun lelaki sendiri melangkah.. dan melangkah dan melangkah terus berjalan ... jauh ... lebih jauh .. menjauh dari pandanganmu .. hingga lepas dari penglihatanmu ...
seketika kau mengernyit dan menghela nafas panjang. sesak terasa. pedih. mengambang dalam lamunan kau menjerit menahan sakit.
he's just not that into you!
foto: aradena ponakanku, lagi kesel karna aku suruh pose... hehe... ra, abis ini kita beli bakso deh ya... :D
... kain lembut dan tebal bergaris itu masih membalut, diluar bunyi gerimis sayup terdengar dan udaranya berhembus menyusup dan mengacaukan kehangatan. kembali kau meringkuk mencoba merebut kembali kehangatanmu. jam 6an pagi. masih. ahh.. masih jam segitu.santai saja karna ini hari sabtu. kau kembali memeluk kapuk kesayanganmu. kau pejamkan mata, coba melanjutkan mimpi...
sepoi membelai rambutmu, kesegaran menyapa wajahmu. penuh tanya kau lihat di kejauhan pantai ... lelaki sendiri menyisiri tepi, sesekali berhenti dan memandang hamparan lautan. berlari ia mengejar ombak, bermain dengan alam yang setia menemaninya. Kerang yang kecil itu dipungutnya dari balik ombak, warnanya yang manis menggoda hati 'tuk segera memasukkannya dalam saku. dalam hatinya mungkin kerang itu akan ia bersihkan dan ia taruh di atas monitor. ya monitor yang sudah menua itu tak bosan-bosannya menghirup asap dari kepulan rokok yang dihisap lelaki itu setiap malam. bahkan sampai larut malam.
masih di tepi, lelaki sendiri terdiam entah kemana ia melayangkan matanya tapi yang jelas terlihat ia menengadahkan kepala sambil mengangkat kedua tangannya diiringi teriakan menggelegar yang menyembur keluar dengan sebebasnya dari dalam ruang hati yang selama ini terpendam. Berulang jeritan dari dalam hati itu menyembur, muncrat, lepas selepasnya mengisi udara dan kemudian terbang kemana suka angin pantai membawa. dan tersungkur ia di pasir putih, memejamkan mata ... dalam benaknya ia berlari mengejar masa lalu yang seperti surga baginya. tak peduli dimana ia saat ini, ia hanya trus menangkap masa lalu dan memeluk erat di dadanya.
dengan bermandi siraman cahaya surya lelaki sendiri menatap bulatan nan keemasan itu dan tak sedetikpun berkedip mengawasi kepergian sang surya yang perlahan ditelan awan. tak lupa lelaki sendiri menitipkan pesan pada sang surya agar menyampaikan salam pada seorang dara yang sangat ia rindukan, harapnya kehangatan surya esok hari kan kembali menghangatkan dara itu seperti yang biasa dara merasakan hangatnya pelukan lelaki sendiri.
hmmphff....
gelap perlahan menjalar bersama angin dingin menusuk persendian. seakan hamparan pasir putih itu ranjang yang empuk nyaman maka lelaki sendiri membaringkan tubuhnya, mengerling membalas kerlipan bintang yang mulai tebar pesona di hadapan lelaki sendiri.
aahh... kiranya apalagi yang ada dalam benak lelaki sendiri? dan kau melihat ...
lelaki sendiri masih tersenyum melihat para bintang yang bersaing mempersembahkan kerlipan terbaik teruntuk si lelaki sendiri. sambil menunjukkan ke atas mengarah ke banyaknya bintang-bintang di atas, lelaki sendiri memilih satu bintang yang lebih kecil dari lainnya, ia berbisik, "hai kamu yang kecil izinkan ku memetik mu. aku mengagumi sinarmu yang bening murni menerangi bumi. kan ku simpan kau dalam ciptaku agar senantiasa ku tularkan cahayamu pada tempat dimanapun ku berpijak. dan kuharap pun rasa dan karsa ku turut menyerap energi cahayamu".
sapuan angin mendaratkan butiranbutiran pasir di pinggir bibir lelaki sendiri. malah dijilatnya dengan lidah lembutnya dan dinikmati rasa asinnya. lelaki sendiri sambil menaikkan harap rasa asin menggarami kisah hidupnya agar tak lagi hambar.
semesta penuh kasih mendekap lelaki sendiri, membisikkan sesuatu yang hanya bisa dimengerti batin lelaki sendiri. rahasia. lama kemudian, lelaki sendiri bangkit dari pembaringan dan berdiri, diam sejenak menghela nafasnya dan kemudian mengayunkan kakinya ....
berjuta keinginan mendesakmu tuk segera menghampiri lelaki sendiri, kau pun memanggilnya berseru padanya dengan mengerahkan seluruh energi yang kau punya ... namun lelaki sendiri melangkah.. dan melangkah dan melangkah terus berjalan ... jauh ... lebih jauh .. menjauh dari pandanganmu .. hingga lepas dari penglihatanmu ...
seketika kau mengernyit dan menghela nafas panjang. sesak terasa. pedih. mengambang dalam lamunan kau menjerit menahan sakit.
he's just not that into you!
foto: aradena ponakanku, lagi kesel karna aku suruh pose... hehe... ra, abis ini kita beli bakso deh ya... :D
Tuesday, February 24, 2009
ytk & yts
sabtu ... minggu ... senin ... selasa .... kulingkari sabtu sebagai alpha dan kulingkari selasa sebagai omega, yang pertama dan yang akhir. ketika yang terkasih memilih untuk lebih dulu pergi ... yang tersayang pun segera menyusul. kemana dan dimana keberadaannya tidaklah menjadi soal, karena yang terpenting adalah yang terkasih dan yang tersayang bersatu tetap selamanya
yang terkasih Ana dan yang tersayang Leo, ... hmmm... kalian lagi nge-teh bareng ya disana? aku juga mau dunk, boleh?
** mengingat Leo, suami dari Ana yang 3 hari kemudian menyusul cinta sejatinya, selasa 24 Februari 2009**
Foto: Lautan lepas bebas antara Bali-Surabaya.
yang terkasih Ana dan yang tersayang Leo, ... hmmm... kalian lagi nge-teh bareng ya disana? aku juga mau dunk, boleh?
** mengingat Leo, suami dari Ana yang 3 hari kemudian menyusul cinta sejatinya, selasa 24 Februari 2009**
Foto: Lautan lepas bebas antara Bali-Surabaya.
Monday, February 23, 2009
damai bersama-Mu
aku termenung dibawah mentari
diantara megahnya alam ini
menikmati indahnya kasih-Mu
kurasakan damainya hatiku
Sabda-Mu bagai air yg mengalir
basahi panas terik dihatiku
menerangi semua jalanku
kurasakan tentramnya hatiku
** jangan biarkan damai ini pergi
jangan biarkan semuanya berlalu
hanya pada-Mu Tuhan tempatku berteduh
dari semua kepalsuan dunia
bilaku jauh dari diri-Mu, akan kutempuh semua perjalanan, agar selalu ada dekat-Mu, biarku rasakan lembutnya kasihMu.
Judul lagu: Damai Bersama-Mu, by Chrisye, (Christian Rahadi, lalu Chrismansyah Rahadi; lahir di Jakarta, 16 September1949 – wafat di Jakarta, 30 Maret 2007 pada umur 57 tahun)
Foto: Pantai di Bali... tp lupa namanya :D
diantara megahnya alam ini
menikmati indahnya kasih-Mu
kurasakan damainya hatiku
Sabda-Mu bagai air yg mengalir
basahi panas terik dihatiku
menerangi semua jalanku
kurasakan tentramnya hatiku
** jangan biarkan damai ini pergi
jangan biarkan semuanya berlalu
hanya pada-Mu Tuhan tempatku berteduh
dari semua kepalsuan dunia
bilaku jauh dari diri-Mu, akan kutempuh semua perjalanan, agar selalu ada dekat-Mu, biarku rasakan lembutnya kasihMu.
Judul lagu: Damai Bersama-Mu, by Chrisye, (Christian Rahadi, lalu Chrismansyah Rahadi; lahir di Jakarta, 16 September1949 – wafat di Jakarta, 30 Maret 2007 pada umur 57 tahun)
Foto: Pantai di Bali... tp lupa namanya :D
Sunday, February 22, 2009
Dear Ana,
Na ... aku cari-cari foto yang waktu itu kita bareng-bareng ke rawa jombor, ama dian juga. waktu itu kita semua ngerayain wisudamu, ya.. tp kok foto itu gak ketemu nih, duh... :(
Na ... waktu dulu itu aku dikenalin dian ama kamu, trus kita omong2 di genteng 'Gloria' kayae waktu itu ampe
malem juga kan ya?
Na ...trus inget gak, waktu kita pergi ke Jatiningsih. aku sempet liat kamu berdoa dengan tenang disana.
Na ... emang sih ya, seiring waktu berjalan kita jaraaaaang bgt ketemuan.
Na ... trus tiba di hari bahagia mu itu. kamu dan Leo, diberkati dalam sakramen pernikahan kudus. kamu waktu itu ikutan sibuk bgt urus ini itu di hari menjelang pernikahanmu, tapi kamu tetep melakukan semua itu dengan senyum ..
Na ... sekarang ini aku gak bisa ketemu kamu lagi, dan aku yakin banyak juga yang merindukan kamu.
Na ... kamu meninggalkan senyum manismu di hati kami semua yang mengasihimu.
Na ... duh btw aku gak nemuin foto mu nih, tp gpp ya, aku masih inget dan akan terus inget kamu kok ... eh, hoi Dian, sini gw lagi omong ama ana, nih.. mau titip salam gak?
Na ... salam tuh dari Dian. btw udah dulu ya, sooner or later aku pun akan menyusul dan berjumpa denganmu di "sana".
** Mengingat Ana Dyah Sari, 26 Juli 1980 - 21 Februari 2009**
Na ... waktu dulu itu aku dikenalin dian ama kamu, trus kita omong2 di genteng 'Gloria' kayae waktu itu ampe
malem juga kan ya?
Na ...trus inget gak, waktu kita pergi ke Jatiningsih. aku sempet liat kamu berdoa dengan tenang disana.
Na ... emang sih ya, seiring waktu berjalan kita jaraaaaang bgt ketemuan.
Na ... trus tiba di hari bahagia mu itu. kamu dan Leo, diberkati dalam sakramen pernikahan kudus. kamu waktu itu ikutan sibuk bgt urus ini itu di hari menjelang pernikahanmu, tapi kamu tetep melakukan semua itu dengan senyum ..
Na ... sekarang ini aku gak bisa ketemu kamu lagi, dan aku yakin banyak juga yang merindukan kamu.
Na ... kamu meninggalkan senyum manismu di hati kami semua yang mengasihimu.
Na ... duh btw aku gak nemuin foto mu nih, tp gpp ya, aku masih inget dan akan terus inget kamu kok ... eh, hoi Dian, sini gw lagi omong ama ana, nih.. mau titip salam gak?
Na ... salam tuh dari Dian. btw udah dulu ya, sooner or later aku pun akan menyusul dan berjumpa denganmu di "sana".
** Mengingat Ana Dyah Sari, 26 Juli 1980 - 21 Februari 2009**
Subscribe to:
Posts (Atom)